Cepat Lupa? Mungkin Anda Terlalu Gemuk

Suatu penelitian mengungkapkan bahwa kegemukan dapat berpengaruh kepada daya ingat seseorang. Nah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Feb 2016, 20:30 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2016, 20:30 WIB
Waspada Anda Termasuk dalam 6 Jenis Obesitas Ini
Ilustrasi pria terlalu gemuk. (Sumber fitnessbydesign.nyc)

Liputan6.com, Cambridge - Perubahan pada otak yang disebabkan oleh kegemukan ternyata dapat membahayakan daya ingat yang malah mempengaruhi orang untuk makan lebih banyak dan menambah berat badan.

Temuan penelitian yang mengungkapkan hubungan antara berat badan dengan gagalnya fungsi beberapa daerah otak memang bukan hal baru.

Namun, baru-baru ini, suatu penelitian kecil oleh Cambridge University di Inggris mengungkapkan bahwa para peserta penelitian yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi menunjukkan daya ingat episodik yang lebih buruk ketika diuji.

Para peneliti tidak sedang mengatakan bahwa orang yang kelebihan berat badan adalah orang yang lebih pelupa. Temuan ini menduga daya ingat yang tidak lengkap atau tidak terbentuk tentang makan sebelumnya dapat mempengaruhi kelebihan makan.

Menurut mereka, teori ini didasari sejumlah penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa obesitas memberi dampak buruk pada hippocampus (bagian otak yang terlibat dalam ingatan dan pembelajaran) dan bagian depan (frontal lobe), yaitu bagian otak yang terlibat dalam pembuatan keputusan, pemecahan masalah, dan emosi.

Tidak ada banyak bukti sebelumnya bahwa obesitas dapat mempengaruhi ingatan.

Kata Dr. Lucy Cheke, seorang peneliti yang terlibat dalam penelitian, melalui terbitan pers, “Ada kemungkinan kelebihan berat badan membuat seseorang lebih susah mengingat apa dan seberapa banyak yang telah dimakan, sehingga berpotensi membuat seseorang kelebihan makan.”

“Adanya kemungkinan defisit ingatan episodik pada orang-orang berkelebihan berat tentu mengundang keprihatinan, terutama karena bertambahnya bukti bahwa ingatan episodik dapat memberi pengaruh cukup besar pada perilaku makan dan pengaturan nafsu makan.”

Penelitian ini pertama kalinya diterbitkan dalam jurnal Quarterly Journal of Experimental Psychology. Penelitian melibatkan 50 orang peserta usia dari 18 hingga 35 tahun dan memiliki BMI antara 18 hingga 51 untuk menjalani ujian ingatan episodik

Di antara para peserta, ada 26 orang yang memiliki BMI kurang dari 25 (ramping), sebanyak 24 orang memiliki BMI lebih dari 25 (kelebihan berat). Untuk BMI lebih besar dari 30, orang tersebut termasuk penderita obesitas.

Para peserta penelitian diminta untuk melengkapi ujian mencari harta karun tersembunyi melalui komputer. Dua hari kemudian, mereka diuji ingatannya dan ditanyai untuk mengingat benda yang mereka sembunyikan, tempat persembunyiannya, dan waktu penyembunyiannya.

Secara keseluruhan, para peneliti mendapati bahwa para peserta dengan BMI yang lebih tinggi memperoleh hasil lebih rendah untuk tugas yang diberikan, tapi tidak memburuk ketika tugasnya ditambah.

Kalau dipandang berpilah-pilah, maka umur, lamanya pendidikan, dan jenis kelamin tidak membedakan perolehan, tapi ada sedikit peran terkait dengan BMI.

Kata Cheke, “Kita sekarang mulai melihat bahwa ingatan—khususnya ingatan episodik, yaitu ingatan yang secara mental menghadirkan kembali kejadian di masa lalu—juga penting.”

Lanjutnya, “Misalnya, betapa jelasnya ingatan kita akan makanan terkini kita—katakanlah, makan siang hari ini—dapat membuat perbedaaan tentang seberapa laparnya kita dan kecenderungan bagaimana kita nantinya akan meraih batangan cokelat yang lezat.”

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya