Liputan6.com, Baltimore - Boleh-boleh saja memilih gaya rambut, tapi pilihlah yang tidak membuat rambut rontok. Di kalangan keturunan Afrika Amerika, misalnya, kebiasaan menarik rambut agar tampak lurus malah membahayakan.
Sejumlah peneliti dari John Hopkins School of Medicine di kota Baltimore menelaah 19 penelitian tentang hal itu dan menemukan ”hubungan erat” antara gaya rambut yang melibatkan penarikan kulit kepala dengan traction alopecia, yaitu kerontokan perlahan pada rambut karena kerusakan akar rambut.
Baca Juga
Dikutip pada Selasa (3/5/2016), traction alopecia merupakan jenis kerontokan rambut yang paling sering di antara kaum wanita kulit hitam di Amerika dan berdampak pada sekitar sepertiga populasi wanita kulit hitam AS.
Advertisement
Penelitian ini memang tidak membuktikan hubungan sebab-dan-akibat. Namun demikian, terungkaplah gaya-gaya rambut yang berkaitan dengan jenis kerontokan ini, misalnya kepang, kunciran buntut kuda yang ketat, gimbal, pelurusan dan perpanjangan (extension). Apalagi jika rambutnya diluruskan secara kimiawi, demikian laporan penelitian tersebut.
“Rambut merupakan hal utama rasa percaya diri dan identitas bagi banyak orang. Tapi, ironisnya, beberapa gaya rambut yang dimaksudkan untuk meningkatkan rasa percaya diri malah mengarah kepada kerusakan rambut dan kulit kepala,” kata Dr. Crystal Aguh, asisten profesor dermatologi di John Hopkins melalui suatu terbitan pers.
Temuan ini menunjukkan perlunya ahli dermatologi mempelajari potensi bentuk kerusakan gaya rambut ini dan menasehatkan pasien tentang risiko dan alternatifnya, demikian diusulkan oleh para peneliti.
Traction alopecia bisa dicegah dan intervensi dini dapat menghentikan ataupun membalik keadaan itu, kata para peneliti. Berganti-ganti gaya rambut dan pencegahan penarikan terus menerus pada akar rambut bisa membantu.
“Kita harus lebih baik lagi sebagai penyedia layanan untuk menawarkan para pasien kita bimbingan yang selayaknya supaya mereka tetap sehat dari ujung kepala hingga ujung kaki,“ kata Aguh lagi.
Penelitian ini sudah diterbitkan secara daring dalam Journal of the American Academy of Dermatology edisi 17 April 2016.