Liputan6.com, Jakarta Masing-masing pasangan tentu mempunyai aturan main dalam menjalani hubungan. Tapi nyaris semua orang setuju bahwa perselingkuhan itu salah. Jika demikian, kenapa tetap ada individu yang selingkuh?
Perselingkuhan dalam hubungan apa pun bisa menjadi pengalaman yang merugikan baik mental dan emosional bagi pihak yang melakukan maupun yang diselingkuhi. Namun, pertanyaannya kemudian tetap sama, lantas kenapa masih ada orang yang mau berselingkuh?
Baca Juga
Pertanyaan itu juga dilontarkan oleh ahli biologi evolusioner Dr David Barash dan ahli antropologi hayati, Dr Helen Fisher dalam salah satu episode video mingguan Love, Factually yang diunggah oleh laman Bustle. Menurut data, 91 persen penduduk Amerika Serikat berpendapat bahwa selingkuh dari pasangan secara moral keliru. Namun banyak studi pun menunjukkan sekitar 30 persen warga Amerika Serikat yang menikah selingkuh dair pasangan mereka.
Advertisement
Melansir laman Bustle, Minggu (21/8/2016), Barash dan Fisher berpendapat, penting untuk mempertimbangkan faktor lain yang menyebabkan orang jadi tidak setia, dalam hal ini tentu saja sains. Berikut tiga teori sains mengenai selingkuh:
1. Teori 1: Manusia tidak secara alami bersifat monogami
Menurut Dr Barash, salah satu teori terbesar dan paling sederhana yang bisa menjelaskan kenapa manusia selingkuh dari pasangannya adalah manusia tidak secara alami bersifat monogami.
Tentu saja hal ini tidak sepenuhnya negatif. Ada hal serta kemampuan lain yang juga tidak kita kuasai secara alami. Misalnya saja kemampuan bermusik atau memasak bukan kemampuan yang kita miliki sedari lahir, perlu waktu untuk mengasahnya jika memang kita menaruh minat pada hal tersebut.
Menurut Barash teori itu pun berlaku pada pada monogami. Kita bisa jadi tidak secara alami berniat berkomitmen pada satu orang, melainkan itu bisa kita pilih sebagai prioritas.
2. Teori 2: Selingkuh ada dalam gen
Gen Anda memengaruhi semuanya, mulai dari tinggi badan, warna mata, kemampuan dalam berolahraga, hingga seberapa mudah Anda stres, serta...kemungkinan Anda untuk selingkuh!
Pertama, Anda perlu melihat DRD4, gen yang membantu memproduksi hormon dopamin, yang diproduksi otak ketika distimulasi oleh kesenangan seperti makanan, seks, dan lainnya.
Anna Parsons menjelaskan bahwa semua orang memiliki gen DRD4. "Individu dengan alel DRD4 yang panjang perlu stimulasi yang lebih banyak untuk melepas dopamin," jelasnya.
Studi menunjukkan, individu dengan alel panjang dua kali lebih mungkin melakukan seks bebas serta perselingkuhan dibandingkan mereka yang memiliki alel pendek.
Gen lainnya yang memengaruhi hubungan Anda adalah AVPR1A, gen yang memproduksi arginine vasopressin yang menyangkut kemampuan mempercayai, empati, serta ikatan seksual. Menurut sebuah studi yang melibatkan individu kembar, 40 persen wanita yang memiliki varian spesifik dari gen ini memiliki kemungkinan selingkuh.
3. Teori 3: Sistem otak membuat kita selingkuh
Menurut Fisher, kita memiliki tiga sistem otak yang berbeda terkait pernikahan: dorongan seksual, perasaan cinta romantis, serta perasaan keterikatan yang dalam. Tapi bukan berarti ketiganya selalu bersinergi satu sama lain. "Masalah muncul saat ketiga sistem otak tersebut tidak selalu ditujukan pada individu yang sama," ujar Fisher.
Jadi, ketika pada saat bersamaan Anda mungkin merasa begitu terhubung dengan seseorang, sebagian otak yang memengaruhi dorongan seks Anda terfokus pada orang lainnya, dan bagian lain otak yang mengontrol perasaan cinta romantis terobsesi pada seseorang lain lagi. Hal itu bisa menjadi penyebab selingkuh.
Apakah ketiga teori ini berlaku untuk semua orang? Tidak selalu demikian. Parsons mengatakan, teori-teori tersebut hanya memberi alternatif jawaban selain tuduhan "moral rendah" sebagai penyebab seseorang selingkuh. Dengan kata lain, berbagai faktor terkait biologis perlu dipertimbangkan ketika kita mencoba memahami kenapa seseorang selingkuh.