Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) terus lakukan upaya pencegahan masuknya virus Zika masuk Indonesia. Salah satunya dengan pemasangan lavitrap atau perangkap larva di wilayah Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Pemasangan lavitrap ditandai dengan pelepasan tim oleh Kepala KKP Susanto,di halaman KKP Bandara Soekarno Hatta pada Kamis (15/9/2016).
Lavitrap adalah perindukan nyamuk buatan yang berfungsi menjadi tempat nyamuk Aedes bertelur. Setelah telur berkembang menjadi larva, kemudian larva bergerak ke dasar dan terperangkap d bawah kasa.
Advertisement
Dengan cara tersebut larva tersebut tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa, jika menjadi nyamuk tidak akan bisa terbang lagi sehingga mati dengan sendirinya. Pemasangan lavitrap ini merupakan salah satu cara memutus mata rantai kehidupan nyamuk. Seperti kita ketahui, prinsip utama dalam pengendalian nyamuk adalah bagaimana memutuskan mata rantai atau siklus kehidupan nyamuk.
“Tujuan pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes sampai serendah mungkin sehingga kemampuan sebagai vektor menghilang,” ujar Susanto seperti dikutip rilis pers dari Kementerian Kesehatan, Kamis (15/9/2016).
Sebelum pemasangan lavitrop, KKP telah melakukan pemasangan thermal scanner sebagai salah satu upaya mendeteksi kehadiran penumpang dengan Zika. Namun cara ini tidak sepenuhnya efektif dalam mengindentifikasi dan memeriksa seluruh penumpang.
Masa inkubasi Virus Zika adalah 2-7 hari setelah terinfeksi virus ini dengan gejala demam mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung dan kaki serta nyeri otot dan sendi disertai mata merah dan sakit kepala.
Namun tidak semua orang dengan Zika menunjukkan gejala demam tinggi, bahkan hanya terdapat 1 diantara 5 penderita yang mengalami peningkatan suhu tubuh. Sehingga identifikasi penderita dengan thermal scanner tidak sepenuhnya efektif.