Efek Tiba-Tiba Berhenti dari Olahraga Rutin pada Bentuk Tubuh

Aktivitas berolahraga adalah suatu hal yang harus dilakukan secara terus-menerus.

oleh Tassa Marita FitradayantiAdanti Pradita diperbarui 01 Okt 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2016, 08:00 WIB
V-line
Lekukan v-line pada bagian bawah perut menandakan tubuh dengan berat badan ideal, kadar lemak minim dan pinggang kecil yang sempurna.(sumber: Science Daily)

Liputan6.com, Jakarta Olahraga merupakan suatu aktivitas yang harus dilakukan secara rutin atau terus-menerus. Beberapa orang tidak terlalu konsisten berolahraga lantaran memiliki jadwal kerja yang terlampau padat, sehingga bisa sebulan hingga dua bulan rehat.

Rehat dalam jangka waktu tertentu dari aktivitas berolahraga bisa berdampak buruk pada kekencangan otot sekaligus bisa membuat perubahan drastis pada bentuk tubuh.

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa ketika otot istirahat atau tidak melakukan latihan lagi, otot hanya mempertahankan sedikit "memorinya" dari latihan sebelumnya.

Tujuan dari studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Genetics adalah agar orang-orang mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana latihan mempengaruhi tubuh pada tingkat genetik.

Perlu diketahui bahwa olahraga memberi banyak manfaat untuk tubuh, mulai dari melawan penuaan, menjaga kesehatan otak, hingga kemampuan yang lebih kuat untuk melawan infeksi.

Namun, bagaimana suatu latihan diterjemahkan menjadi perubahan aktivitas genetik?

Dalam laporan tersebut, 23 orang peserta diminta untuk melatih salah satu kaki mereka selama tiga bulan, empat kali seminggu. Setelah itu, orang-orang tersebut diminta untuk rehat selama sembilan bulan.

Para peneliti juga melakukan biopsi otot rangka kedua kaki, sebelum dan sesudah latihan. Hasilnya, mereka menemukan bahwa sel-sel mereka memperlihatkan ada lebih dari 3.000 gen yang berubah setelah mereka selesai berolahraga.

Namun setelah rehat tidak melakukannya selama sembilan bulan, para ilmuwan tidak dapat mendeteksi perubahan genetik antara kaki yang dilatih dan yang tidak.

“Kami tidak bisa melihat perbedaan pada tingkat aktivitas genetik. Kebanyakan efeknya hilang setelah satu atau dua bulan tidak melakukan latihan,” ujar penulis studi dari Karolinska Institute di Sweden, Maléne Lindholm.

Setelah itu, 12 orang di dalam studi tersebut diminta untuk mulai melatih kedua kakinya. Ketika peneliti membandingkan biopsi dari kedua kaki yang sudah dilatih tersebut, mereka sekali lagi melihat perubahan dalam aktivitas gennya.

Lindholm mengatakan bahwa studi ini dapat ditafsirkan dalam beberapa cara. Ini menggarisbawahi fakta bahwa olahraga dapat memacu perubahan biologis yang sehat, serta melakukan latihan secara teratur memang penting karena hal ini untuk memastikan serta menjaga perubahan-perubahan sehat yang sudah terjadi di dalam tubuh tetap terjaga dan berkelanjutan.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa hasil temuan penelitian ini bisa mendorong orang-orang yang tidak aktif bergerak untuk lebih aktif melakukan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa mereka juga dapat mencapai manfaat yang sama, seperti orang-orang lain.

“Studi ini dapat digunakan sebagai dorongan positif. Tidak ada kata terlambat untuk memulai pelatihan tubuh dari perspektif otot,” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya