Semangat Zahro, Dokter Gigi yang Ajak Remaja Kenali Reproduksi

Hati dokter gigi Zahrotur Riyad tergugah saat mengetahui tingginya angka kehamilan dan persalinan pada remaja di Kecamatan Galang, Batam.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 25 Nov 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2016, 08:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pemandangan remaja putri bermain sambil membawa bayi atau berjudi sambil menggendong bayi kerap ditemui dokter gigi Puskesmas Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Zahrotur Riyad, di wilayah kerjanya.

Kondisi tersebut makin nyata pada 2011. Saat itu, Puskesmas Galang mendapat permintaan sebuah SMA untuk melakukan pemeriksaan kehamilan pada siswinya. Siapa nyana ada sekitar 10 siswi kelas 12 yang hamil di luar nikah.

"Rata-rata kehamilan itu memang karena mau ataupun mendapat bayaran," kata Zahro.

Mendapati temuan ini, hati wanita yang akrab disapa Zahro bergetar. Belum saatnya anak yang duduk di bangku sekolah menengah atas hamil, apalagi buah dari pergaulan bebas. Terlebih ketika ia melihat data di kecamatan tempatnya bekerja menunjukkan sekitar 70 persen kehamilan dan persalinan terjadi pada wanita berusia kurang dari 18 tahun.

"Itu yang data yang dilaporkan. Padahal ada juga yang tidak dilaporkan. Ada juga yang melahirkan di dukun bayi. Bisa jadi jumlahnya lebih banyak dari itu," tutur Zahro saat dihubungi Health-Liputan6.com ditulis Jumat (25/11/2016).

Walau dokter gigi, tapi ia tidak bisa diam melihat remaja di wilayah kerjanya tidak memahami bahaya dari seks bebas serta kehamilan di usia belasan tahun. Zahro merasa terpanggil membantu para remaja mengetahui kesehatan reproduksi serta bahaya dari pergaulan bebas di wilayah kerjanya.

Tak lama sejak kejadian tersebut, Zahro pun meminta izin kepada kepala puskesmas agar setiap Sabtu bisa memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi di SMP maupun SMA yang ada di Kecamatan Galang. Sang kepala puskesmas menyambut baik ide Zahro.

Sejak tahun itu pula, Zahro mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Galang untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi. Menggunakan kapal kayu bermesin, Zahro berkeliling dari pulau satu ke pulau lainnya mengedukasi para remaja.

Zahrotur Riyad

"Di sekolah-sekolah aku memberikan penyuluhan tentang reproduksi remaja, bahaya seks bebas, bahaya persalinan di usia remaja, penyakit menular seksual, hingga bahaya narkoba," tutur ibu tiga anak ini.

Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi pernah diperolehnya saat berkuliah dahulu. Lalu, ia juga membekali diri dengan mengikuti seminar mengenai kesehatan reproduksi remaja dan psikologi remaja.

Kala memberikan edukasi, tak jarang banyak pertanyaan menggelitik yang diutarakan para siswa mengenai kesehatan reproduksi. "Pernah ada yang bertanya kepada saya, 'Bunda Zahro kalau ciuman bibir bisa menyebabkan kehilangan keperawanan dan hamil?'."

Mendengar pertanyaan tersebut, wanita yang semasa kuliah aktif sebagai motivator ini memberikan penjelasan. "Aku jelasin pada mereka, memang tidak (membuat keperawanan hilang dan hamil). Tapi tetap bisa menyebabkan penularan penyakit seperti hepatitis atau TBC," tuturnya.

Hingga kini, sudah ada belasan SMP maupun SMA yang mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas. Di kecamatan yang terdiri dari sekitar 140 pulau dengan 40 pulau berpenghuni ini ada sekitar 1600-n remaja.

Konselor sebaya

Konselor sebaya

Salah satu strategi yang diterapkan Zahro dalam membantunya memberikan edukasi kesehatan reproduksi yakni lewat konselor sebaya. Para konselor sebaya ini mendapatkan pengetahuan lebih tentang kesehatan reproduksi.

Sehingga saat bertemu teman-temannya ia bisa memberi tahu mengenai bahaya seks bebas misalnya tanpa terkesan menggurui. Selain itu, jika berbicara dengan teman tentu lebih terbuka dibandingkan dengan guru.

"Di setiap sekolah ada sekitar 15 hingga 20 konselor sebaya," tutur Zahro.

Pendidikan pemutus 'lingkaran setan'

Pendidikan pemutus 'lingkaran setan'

Tingginya angka kehamilan dan persalinan di usia remaja di Kecamatan Galang terdiri dari banyak faktor. Mulai dari ketidakpedulian orangtua terhadap pendidikan anak hingga kondisi ekonomi.

"Di pulau-pulau ini belum ada listrik. Ndak ada aktivitas apa-apa, jadinya nganggur. Kalau di kota misalnya, anak usai pulang sekolah sudah sore, tubuhnya lelah. Kalau di sini banyak yang nganggur. Nah, mau apa lagi? Ya sudah anak dinikahkan," tuturnya.

Tak cuma itu, tingkat kemiskinan yang tinggi juga kerap membuat para ibu menjual anak-anak perempuan mereka untuk kawin kontrak seperti diungkapkan wanita kelahiran Lumajang, Jawa Timur ini.

"Dulu para orangtua dari anak-anak ini juga melakukan yang sama. Mereka menikah remaja, lalu saat anak remaja juga melahirkan di usia muda. Ketidakpedulian orangtua ini kan jadi lingkaran setan," katanya.

Menurut Zahro, satu-satunya cara memutus lingkaran setan ini dengan meningkatkan pendidikan anak-anak. Sekolah tidak hanya berhenti di SMP atau SMA, melainkan hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Terkait hal ini, Zahro pun mencari beasiswa bagi para remaja didiknya. Kerja kerasnya membuahkan hasil, ada dua teman sejawatnya yang memiliki yayasan dan memberikan beasiswa.

"Memang ada beasiswa pemerintah, namun itu kan bagi yang berprestasi. Kalau beasiswa macam itu, sudah kalah duluan anak-anak di sini. Oleh karena itu saya mencarikan mereka beasiswa swasta, yang memang melihat dari semangat untuk belajar dan berkembang," tuturnya.

Kini, dua remaja didiknya sedang berkuliah tahun pertama di Bandung. Salah satunya mengambil jurusan multimedia, satu lagi mengambil ilmu komunikasi.

"Dengan pendidikan dan keluar dari pulau, mereka jadi bisa melihat dunia. Bahwa dunia ciptaan Tuhan ini luas. Sehingga mereka tidak stagnan berpikir pekerjaan itu hanya nelayan lalu kawin," tutur Zahro.

Zahro berharap, ada banyak pihak yang berkenan memberikan beasiswa kepada para remaja yang memiliki semangat belajar di Kecamatan Galang. Dengan pendidikan tinggi, saat mereka kembali ke desanya membuat perubahan yang lebih baik pada masyarakat.

Tempat praktek: warung

Tempat praktek: warung

Selain aktif memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, Zahro tak melupakan tugasnya sebagai dokter gigi di Puskesmas Galang. Tak cuma duduk menunggu pasien ke puskesmas, Zahro pun turun menyeberang pulau demi pulau menemui pasien.

Zahrotur Riyad

Untuk mencapai pulau-pulau yang ada butuh waktu sekitar 30-60 menit menggunakan perahu kayu bermesin. Salah satu pulau terjauh, Pulau Petong, membutuhkan waktu mengarungi lautan sekitar dua jam.

Saat di pulau-pulau yang ada, jangan bayangkan dia akan memberikan pelayanan di kursi khusus milik dokter gigi. Praktek dokter gigi bisa dilakukan di mana saja.

Zahrotur Riyad

Zahrotur Riyad

"Saya prakteknya di bawah pohon, di dermaga, di warung-warung. Ini bukan gaya-gayaan, memang begitu," tuturnya.

Bahkan, ada salah satu pulau yang tidak memiliki tempat duduk. Alhasil pelayanan pun dilakukan di lantai. Namun itu semua tak masalah bagi wanita lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya.

Zahrotur Riyad

"Setiap pribadi itu kan diberikan tugas dan tanggung jawab berbeda-beda oleh Tuhan. Jadi tidak semua dokter gigi itu praktek di rumah sakit besar. Kami kan sebenarnya saling bersinergi. Kalau aku, turun ke pulau-pulau sesuai dengan passion," katanya mantap.

Aneka penghargaan

Aneka penghargaan

Aksi Zahro memberikan edukasi pentingnya kesehatan reproduksi pada remaja di Kecamatan Galang menuai prestasi. Sudah banyak penghargaan yang ia terima. Salah satunya sebagai tenaga kesehatan teladan dari Kementerian Kesehatan pada Agustus 2016 lalu.

Sebelumnya pada 2014, ia menjadi salah satu Perempuan Inspiratif Nova kategori kesehatan. Kemudian, di 2015 ia juga meraih Tupperware She Can Award.

"Sebenarnya yang aku lakukan itu sederhana, bukan hal hebat," tuturnya.

Namun tetap ia merasa beruntung mendapat aneka penghargaan tersebut. Lewat penghargaan tersebut ia bertemu dengan orang-orang hebat lainnya. Pertemuan tersebut bisa menjadi awal baginya mengembangkan inovasi bagi program yang sedang dilaksanakannya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya