Liputan6.com, Amerika Serikat Pemakaian ganja (marijuana) pada wanita hamil di Amerika Serikat melonjak 62 persen 2002 dan 2014. Analisis survei nasional menyatakan, para ahli kesehatan khawatir, penggunaan ganja membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Baca Juga
Advertisement
Mayoritas wanita berusia antara 18 tahun dan 25 tahun menggunakan ganja mengalami peningkatan 30 persen, sedangkan wanita berusia 26-44 tahun sebanyak 2,12 persen.
Ahli Drug Use and Health di Bethesda, Maryland, Nora Volkow, Wilson Compton, dan Eric Wargo mengatakan, penggunaan ganja untuk wanita hamil sudah marak diiklankan. Ganja disinyalir mampu meredakan mual, terutama pada trimester pertama.
"Tentu saja kami khawatir tentang pernyataan itu, tapi kami sama sekali tidak terkejut. Karena bisnis ganja menggunakan taktik demi meningkatkan konsumen untuk mengonsumsi produk mereka," kata Dr Nora, seperti yang dikutip Medscape Medical News, Sabtu (31/12/2016).
Saraf janin terganggu
Saraf janin terganggu
Penggunaan ganja selama kehamilan dapat membahayakan perkembangan saraf janin.
"Data yang diperoleh dari studi menemukan, sistem endocannabinoid endogen pada otak yang memiliki fungsi 'melupakan' rusak karena dirangsang ganja. Respon ini muncul selama perkembangan janin yang mengakibatkan perkembangan otak janin terganggu," jelas Dr Nora.
Jika ibu terus mengonsumsi ganja selama kehamilan, maka bayi lahir tidak sehat. Selain itu, peneliti di University of Arizona di Tucson mengungkapkan, wanita yang mengonsumsi ganja selama kehamilan berisiko besar terkena anemia dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi ganja.
Berat badan bayi rendah
Pengaruh ganja selama perkembangan bayi di dalam rahim akan membuat berat badan bayi rendah saat lahir. Kondisi bayi tersebut membutuhkan perawatan intensif.
Namun, para peneliti mencatat, temuan ini bisa berpeluang pada si ibu yang mengonsumsi ganja disertai alkohol dan tembakau.
Fakta yang ada, tidak banyak penelitian tentang keberkaitan ganja, alkohol, dan tembakau pada wanita hamil.
Advertisement