Mengapa Orang Afrika-Amerika Jarang Donor Organ?

Dari daftar pendonor organ, orang Afrika-Amerika tidak banyak yang mendonorkan organnya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Feb 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 16:00 WIB
Donor Organ
Orang Afrika-Amerika tidak banyak yang donor organ. (Ilustrasi: BBC)

Liputan6.com, Amerika Serikat Persediaan organ sangat diperlukan bagi pasien yang menderita penyakit kronis dan harus menjalani transplantasi. Di Amerika Serikat, tiap sepuluh menit bertambah satu orang yang masuk ke daftar transplantasi nasional.

Kira-kira 119 ribu orang terdaftar pada awal Februari 2017 dan hampir 100 ribu orang tengah menunggu ginjal yang didonorkan. Dari jumlah pendonor organ, orang Afrika-Amerika tidak banyak yang donor organ.

Pada tahun 2016, sebanyak 33 persen orang Afrika-Amerika menyumbang organ dan 33 persen mendonorkan ginjal. Persentase ini hanya 13 persen dari populasi Amerika Serikat. Padahal, persentase orang Amerika kulit hitam yang menyumbangkan organ telah meningkat sejak tahun 1988.

Penerima organ dari kulit hitam tidak harus mendapatkan donor dari sesama kulit hitam. Tapi mereka lebih berpotensi berhasil bila mendapatkan pendonor dari kulit yang sama, hal ini berdasarkan penanda genetik dan antibodi.

Chantal Onelien, ibu yang berasal dari keturunan Afrika-Amerika mengungkapkan beberapa alasan orang Afrika-Amerika tidak ingin menyumbangkan organ, terutama ketidakpercayaan pada dokter.

"Orang-orang kadang-kadang percaya, bukan hanya mereka tidak mencoba menyelamatkan hidup Anda tapi (dokter) akan menggunakan organ sebagai percobaan. Sulit menghilangkan pemikiran mengenai hal tersebut," kata Onelien, seperti dikutip BBC, Senin (6/2/2017).

Organ dianggap tidak digunakan

Organ dianggap tidak digunakan

Ketidakpercayaan komunitas medis antara Afrika-Amerika tidak jarang terjadi dan bukan tanpa pembenaran sejarah. Contoh kasus, pria kulit hitam dari Alabama dijanjikan pengobatan gratis, ia tidak sadar dirinya mendaftar sebagai bagian dari studi penelitian jangka panjang, yang mengakibatkan dirinya terkena sifilis.

Ketika obat tersedia, ia tidak menerima perawatan sehingga penelitian bisa dilanjutkan. Derek Dubay, kepala ahli bedah transplantasi di Medical University of South Carolina beserta timnya mencari tahu penyebab adanya disparitas antara donor yang berasal dari kulit hitam dan putih.

Grafik dari ras yang donor organ dan penerima organ dalam daftar tunggu. (Ilustrasi: BBC)

Hasil survei menemukan, banyak orang Afrika-Amerika dianggap takut kalau organ-organ mereka tidak akan dipakai karena mengandung tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan penyakit umum lain yang diderita masyarakat kulit hitam.

"Kita perlu meningkatkan pendidikan agar membiarkan mereka tahu, organ-organ dapat diterima untuk transplantasi. Meskipun hati mungkin tidak baik untuk dipakai transplantasi, sementara organ lain kemungkinan bisa," jelas Derek.

Kurangnya akses

Kurangnya akses

Kurangnya akses ditemukan di kedua komunitas, baik pedesaan dan pusat-pusat perkotaan di dekat rumah sakit yang melayani transplantasi. Mereka kemungkinan tinggal di tempat-tempat yang sumber daya ekonomi dan badan kesehatannya kurang.

"Jika Anda tidak mempunyai asuransi kesehatan atau sumber dukungan sosial kuat, yang berarti dukungan secara emosional dan fisik, seperti uang atau badan kepedulian. Anda tidak akan memiliki akses untuk transplantasi," ungkap Julius Wilder, profesor di Duke Clinical Institute.

Kini, pendukung donor berupaya mengarahkan donor ginjal dari semua ras demi menyelamatkan hidup seseorang.

Sayangnya, orang Afrika-Amerika kemungkinan masuk kelompok sebagai untuk penerima sumbangan ginjal dari donor yang hidup. Tapi kampanye pendidikan untuk mendonorkan organ diharapkan dapat mengubah  persepsi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya