Alasan Tak Terduga Kenapa Lagu Favorit Bisa Membosankan

Ada kalanya daftar lagu kesukaan justru jadi membosankan. Kenapa demikian?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 12 Mei 2017, 08:24 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2017, 08:24 WIB
Zaman sekarang sekarang cenderung mendengarkan musik secara online dan digital. [Foto: omg-productions.com]
Zaman sekarang sekarang cenderung mendengarkan musik secara online dan digital. [Foto: omg-productions.com]

Liputan6.com, Jakarta Mendengarkan sebuah lagu yang sedang populer selama berhari-hari rasanya menyenangkan. Tapi ada kalanya daftar lagu kesukaan justru jadi membosankan.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak kita sehingga lagu kehilangan "keajaibannya"? Ternyata tidak ada yang tahu pasti alasannya, tapi ada beberapa teori mengenai fenomena ini.

Seperti dilansir Independent, Kamis (11/5/2017), ilmuwan saraf percaya, otak kita mengalami tahapan saat mendengarkan musik. Inti saraf dalam otak besar, caudatus berperan menyimpan lagu favorit dalam pikiran kita.

Di sisi lain, bagian otak--nucleus accumbens--juga melepaskan hormon endorfin (bahagia). Inilah yang membuat otak jadi kurang bersemangat saat mendengarkan lagu yang sama terus menerus.

Pakar psikologi musik, Dr Michael Bonshor dari University of Sheffield mengatakan ada dua alasan utama mengapa musik favorit bisa jadi membosankan dan tidak disukai.

"Alasan pertama, over-exposure terhadap lagunya. Sebab semakin sering mendengarkan lagu yang sama, kita cenderung menjadi bosan karena jadi terlalu akrab dengan nadanya. Hal ini juga kerap dipicu dengan lagu baru lainnya," ujar Bonshor.

Alasan lainnya, kata dia, adalah rumitnya sebuah lagu. Bukti menunjukkan, semakin kompleks dalam sebuah lagu, semakin besar kemungkinan seseorang menyukainya.

"Musik yang lebih kompleks akan lebih lama diminati pendengarnya. Sedangkan lagu sederhana kadang lebih cepat disukai dan dihafal, namun juga daya tariknya relatif cepat," imbuh Bonshor.

 

Bonshor menunjuk contoh pada lagu Queen, Bohemian Rhapsody. "Lagu ini memiliki kompleksitas harmonis, irama dan vokal. Pada enam menit awal, banyak pendengar yang terkejut. Sebab sebagai grup musik, mereka cenderung tidak mengikuti norma musikal lazim saat itu.

Namun, lebih dari 40 tahun kemudian, lagu ini masih populer dan bahkan telah menduduki puncak tangga lagu beberapa kali.

"Konsep psikologis yang sering digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman dan musik yang menyenangkan disebut 'flow'," kata Bonshor.

Kekuatan musik memang cukup menantang dan menarik untuk diikuti. Sebab bagi beberapa individu, mendengarkan lagu bukan hanya untuk didengarkan saja melainkan untuk merangsang diri untuk kreatif dan berkarya.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya