Liputan6.com, Jakarta Orang-orang yang punya kebiasaan mengorok tidak boleh berkendara saat mudik. Bahkan, seorang dokter bisa disebut malapraktik jika masih memberi izin pasien yang menderita kondisi ini buat mengendarai mobil dengan jarak jauh.
Baca Juga
Advertisement
"Dokter harus menahan SIM orang tersebut. Kalau dokter tidak menahannya, dokter sama saja malapraktik," kata Spesialis Tidur, dr Andreas Prasadja RPSGT saat dihubungi Health Liputan6.com, Kamis (22/6/2017).
Mengorok atau mendengkur bisa terjadi karena saluran napas terganggu akibat penyumbatan aliran udara di hidung dan mulut. Namun, Andreas menyesalkan, sikap orang-orang yang masih menganggap wajar kondisi ini karena sering terjadi pada banyak orang.
"Yang paling kita khawatirkan dari kondisi ini adalah kalau dia ada henti napas saat tidur. Henti napas saat tidur ini tidak terdeteksi oleh kasat mata," kata Andreas.
"Mengapa orang yang suka ngorok jangan dikasih buat menyetir karena berbahaya? Sebab, di antara yang mengorok itu, napasnya berhenti-berhenti sehingga otaknya bangun-bangun terus tanpa sadar hingga membuat kualitas tidurnya jelek," kata Andreas.
Tak cuma Andreas, tim peneliti dari Detroit AS juga menyatakan hal yang sama. Mereka bahkan mengatakan, mendengkur atau ngorok lebih berbahaya dari merokok. Mengapa?
Sebab, pendengkur punya risiko lebih besar mengalami penebalan arteri karotis dibanding perokok, obesitas, bahkan yang memiliki kadar kolesterol tinggi.
"Harus diingat, bahwa berkendara dalam keadaan mengantuk lebih berbahaya daripada mabuk. Oleh karena itu, orang yang mendengkur atau mengorok, jangan dikasih buat menyetir pas mudik, bahaya," Andreas menekankan.