Liputan6.com, Jakarta Belakangan ini informasi mengenai donor ASI menjadi mudah ditemukan melalui media sosial dan mendapat respons positif. Pasalnya, tak semua ibu mampu memberi ASI eksklusif selama enam bulan bagi buah hati karena berbagai alasan. Padahal ASI merupakan makanan alami terbaik sebagai pendukung utama tumbuh kembang bayi, terutama pada usia enam bulan pertama.
Sayangnya, donor ASI sering disalahgunakan. Para ibu muda yang malas menyusui anaknya akan memilih menggunakan jasa pendonor ASI. Sedangkan ASI sejatinya hanya diberikan kepada bayi yang membutuhkan.
Sebetulnya, meski kini kita mudah sekali menemukan individu yang bersedia menjadi pendonor ASI, proses yang harus dilalui tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Advertisement
Kita tak bisa sembarangan menerima ASI dari pendonor. Saat ingin mendapatkan donor ASI kita juga harus mengetahui asal-usul sang pendonor, terutama riwayat kesehatannya. Ini bertujuan untuk mencegah anak tertular penyakit.
"Sebelum mendonorkan ASI kita harus mengetahui riwayat kesehatan pendonornya terlebih dulu. Apakah kita mau mendapatkan donor yang tidak jelas asal usulnya? Misalnya apa penyakit yang dideritanya karena dapat menular," jelas Ketua Satgas ASI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Elizabeth Yohmi SpA, IBLCC, ditemui dalam acara Diskusi Aturan Main Donor ASI di Jakarta, Jumat, (13/10/2017).
Menurut Dr. Yohmi, bayi yang harus mendapatkan donor ASI bukanlah bayi yang dilahirkan normal dan dalam keadaan sehat. Sebaliknya, bayi yang dilahirkan secara prematur dan ibunya tidak dapat menyusui, bayi yang ibunya meninggal dunia, bayi yang tidak cocok dengan susu formula, dan alasan lainlah yang perlu mendapat donor ASI.
(Michelle Tania)
Saksikan juga video berikut ini: