Terompet Tahun Baru Berisiko Tularkan Difteri, Benarkah?

Beberapa hari ini muncul informasi broadcast soal terompet menjadi media penularan difteri, benarkah informasi tersebut?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Des 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 31 Des 2017, 11:00 WIB
Terompet
Penjelasan soal terompet bisa menularkan difteri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kemeriahan tahun baru tidak lengkap bila tidak ada suara terompet juga kembang api yang berwarna-warni. Namun, ada yang perlu Anda waspadai bila ingin meniup terompet.

Beberapa hari ini gencar informasi viral soal terompet tahun baru bisa menjadi media penularan difteri. Masyarakat pun ikut cemas. Hal ini juga dipengaruhi adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri yang masih mewabah di Tanah Air.

Menanggapi isu terompet yang disebut menularkan difteri, Ahli Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Anis Karuniawati, memberi penjelasan.

“Difteri memang menular dari percikan air ludah. Percikan air ludah bisa menempel di bagian ujung terompet yang biasa buat ditiup. Secara teori, ya (terompet) bisa berisiko menularkan bakteri difteri ke orang lain (yang ikut meniup terompet yang sama),” jelas Anis dalam acara Seminar Awam "Mengenal Lebih Dekat Penyakit Difteri" saat ditemui di Gedung IMERI-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, ditulis Minggu (31/12/2017).

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Bakteri suka di tempat lembab

Terompet
Terompet bisa berisiko menularkan difteri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Bakteri Corynebacterium diphtheriae, yang menyebabkan seseorang terkena difteri, termasuk bakteri yang suka hidup di lingkungan yang lembap. Kelembapan ini membuat bakteri dapat hidup lebih lama.

“Tapi kalau di terompet itu kan termasuk lingkungan terbuka, yang panas dan tidak lembap. Bakterinya hanya bisa bertahan hidup 1-2 hari saja. Setelah itu (bagian terompet untuk ditiup) jadi kering. Bakteri difteri pun mati,” tambah Anis.

Kondisi lain bisa terjadi, bakteri difteri ternyata belum benar-benar mati setelah 1-2 hari. Dalam arti bakteri itu seperti ‘pingsan’ saja.

“Ketika seseorang meniup terompet, bakteri itu akan masuk dan menempel di pangkal tenggorokan. Bakteri yang tadinya ‘pingsan’ bisa jadi ‘hidup kembali,” lanjut Anis.

Jika ingin aman, sebaiknya, tidak meniup terompet yang sama secara bergantian. Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam FK UI, Ari Fahrial Syam menambahkan, Anda juga perlu menerapkan gaya hidup sehat dengan makan banyak buah dan sayur agar tak tertular difteri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya