Gejala Difteri Mirip Penyakit Flu, Lalu Apa Bedanya?

Difteri merupakan penyakit mematikan yang memiliki gejala seperti penyakit flu. Lantas, apa yang menjadi perbedaan dari dua penyakit itu?

oleh Aretyo Jevon Perdana diperbarui 15 Jan 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2018, 15:00 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Difteri, sempat menggegerkan masyarakat Indonesia. Pasalnya, beberapa wilayah di Indonesia mengalami KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri. Kementerian Kesehatan RI mencatat difteri telah menelan 44 korban jiwa dari beberapa Kab/Kota di Indonesia. Daerah yang paling banyak terkena difteri adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Namun demikian, apa sebenarnya penyakit difteri itu? Bagaimana penyakit itu bisa muncul dan apa bahayanya?

Dilansir Healthline, Senin (15/1/2018), Difteri atau diptheria merupakan infeksi bakteri yang menyerang membran mukus pada tenggorokan dan hidung. Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphthetiae, di mana penyebarannya melalui cairan yang keluar melalui hidung dan mulut. Oleh sebab itu, Anda harus berhati-hati ketika berbagi gelas dengan orang lain dan sebaiknya hindari penggunaan tisu yang telah dipakai.

Gejala yang akan muncul ketika Anda mulai terserang penyakit Difteri adalah demam, sakit tenggorokan, dan batuk kering. Gejalanya memang mirip seperti penyakit flu. Akan tetapi, yang menjadi pembeda dengan penyakit flu adalah tampaknya kelenjar keabu-abuan di pangkal tenggorokan. Anda juga akan mengalami sesak nafas dan detak jantung yang menjadi semakin cepat. Gejala inilah yang dapat berujung pada kematian.

Oleh sebab itu, jangan anggap remeh gejala penyakit yang mungkin kerap Anda rasakan. Bisa jadi, penyakit yang kerap Anda rasakan tersebut ternyata memiliki dampak yang berbahaya. Berhati-hatilah terhadap penyakit Difteri.  

 

Saksikan juga video menarik berikut ini :

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jangan terlambat vaksin

Difteri
Seorang anak menangis saat disuntik vaksin difteri di sebuah klinik desa di Jakarta (11/12). Wabah Difteri ini telah menewaskan puluhan orang. (AFP Photo/Adek Berry)

Meski dapat menyebabkan kematian, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini bukan tidak mungkin dapat dicegah. Salah satu pencegahannya yaitu dengan melakukan serangkaian vaksin. Melalui website resminya, Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa pentingnya pemberian serangkaian vaksin dalam jangka waktu 0-1-6 bulan. Maksudnya, pemberian vaksin pertama dan kedua diberikan dalam jangka waktu 1 bulan, dan pemberian vaksin kedua dan ketiga diberikan dalam rentang waktu 6 bulan. 

Kemenkes RI menyebutkan pihaknya menyediakan 3 jenis vaksin yang akan diberikan, yaitu Vaksin DTP-HB-Hib untuk anak umur 1-5 tahun, Vaksin DT untuk anak umur 5-7 tahun, dan Vaksin Td untuk anak umur 7 tahun ke atas. Untuk orang dewasa, pemerintah menyediakan imunisasi lanjutan yang disebut booster

Terkait dengan hal ini, pihak Kemenkes RI menganjurkan agar masyarakat tidak melewatkan program vaksinasi tersebut. Hal ini penting karena vaksin merupakan salah satu tindakan preventif yang efektif guna mencegah berkembang wabah penyakit difteri.  

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya