Liputan6.com, Jakarta - Sebelum melaksanakan ibadah seperti sholat, setiap Muslim diwajibkan untuk berwudhu. Tujuan utama dari wudhu adalah untuk menjaga kebersihan fisik dan spiritual agar ibadah yang dilakukan menjadi sah dan diterima oleh Allah.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berwudhu, seperti niat, cara membasuh yang benar, dan penggunaan air yang suci. Jika seseorang melakukan wudhu dengan benar, maka ia telah dianggap suci dan siap untuk melaksanakan sholat.
Advertisement
Baca Juga
Secara umum, membatalkan wudhu dapat terjadi jika seseorang melakukan salah satu dari beberapa hal yang telah ditentukan dalam ajaran Islam, seperti buang air kecil atau besar, bersentuhan langsung dengan lawan jenis, dan lain sebagainya.
Namun, bagaimana dengan mengupil? Apakah seseorang perlu mengulang wudhunya karena upil termasuk jenis kotoran? Berikut pejelasannya dikutip dari bincangsyariah.com.
Saksikan Video Pilihan ini:
Hukum Ngupil setelah Berwudhu
Jika di hidung seseorang keluar upil atau kotoran hidung dan kemudian dia membersihkannya dalam keaadaan sedang memiliki wudhu, maka wudhunya tidak batal. Hal ini karena meski upil termasuk kotoran yang berasal dari tubuh, namun karena tidak keluar dari kubul atau dubur, melainkan keluar dari hidung, maka hal itu tidak membatalkan wudhu.
Menurut ulama Syafiiyah, hal-hal yang membatalkan wudhu ada enam, dan mengupil tidak termasuk bagian di dalamnya. Yaitu, sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur, tidur selain tidur yang kedua pantat ditekan ke tanah atau lantai, hilang akal baik karena mabuk atau sakit, menyentuh lawan jenis tanpa ada penghalang, menyentuh kemaluan depan (kubul) dengan telapak tangan, dan terakhir menyentuh kemaluan belakang (dubur) dengan telapak tangan.
Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Matn Abi Syuja’ berikut;
والذي ينقض الوضوء ستة اشياء ما خرج من السبيلين والنوم على غير هيئة المتمكن وزوال العقل بسكر أو مرض ولمس الرجل المرأة الأجنبية من غير حائل ومس فرج الآدمي بباطن الكف ومس حلقة دبره على الجديد
Dan hal yang membatalkan wudhu ada enam. Yaitu, sesuatu yang keluar dari dua jalan (kubul dan dubur), tidur selain tidur yang menekan pantat, hilang akal sebab mabuk atau sakit, menyentuhnya laki-laki terhadap perempuan ajnabi tanpa ada penghalang, menyentuh kemaluan anak adam dengan telapak tangan, dan menyentuh dubur anak adam, menurut qaul jadid.
Advertisement
Jenis Kotoran yang Tidak Termasuk Najis
Selain upil dan mengupil tidak membatalkan wudhu, juga upil dihukumi suci, tidak najis. Oleh karena itu, jika seseorang mengupil setelah melakukan wudhu, maka dia tidak perlu mengulangi wudhunya dan juga tidak perlu membasuh tangannya. Hal ini karena semua kotoran yang keluar selain dari kubul dan dubur dihukumi suci, seperti kotoran telinga, ludah, dan kotoran hidung dan lainnya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiatul Baijuri berikut;
وكل مائع خرج من السبيلين نجس قوله ( خرج من السبيلين) أي من أحد السبيلين القبل والدبر. –إلى أن قال- وخرج بقوله من السبيلين الخارج من بقية المنافذ فهو طاهر الّا القيء الخارج من الفم بعد وصوله الى المعدة وإن لم يتغيّر
Artinya: Segala benda cair yang keluar dari dua jalan adalah najis. Maksud dari cairan yang keluar dari dua jalan adalah keluar dari salah satu dua jalan yang berupa qubul dan dubur. Dikecualikan dengan perkataan ‘dari dua jalan’ yaitu perkara yang keluar dari lubang-lubang tubuh yang lain (telinga, hidung, mulut) maka dihukumi suci kecuali muntahan yang keluar dari mulut setelah awalnya muntahan tersebut telah sampai pada perut, meskipun warna muntahan tidak berubah (maka dihukumi najis).
