Liputan6.com, Jakarta Kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama atau stunting membuat pertumbuhan anak jadi terhambat alias pendek.
Tak cuma itu. Ada yang lebih mengkhawatirkan dari stunting ini, yaitu dapat menurunkan kecerdasan anak.
Baca Juga
"Stunting menyebabkan otak anak tidak berkembang dengan baik sehingga menurunkan kemampuan kognitifnya," kata Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia Fasli Jalal di Jakarta pada Rabu (24/1/2017).
Advertisement
Ketika kecerdasan menurun, hal ini akan membuat anak jadi sulit berprestasi di sekolah. Dengan begitu, ketika usia produktif, kata Fasli, tingkat produktivitas rendah.
Stunting yang kini diprediksi terjadi pada hampir sembilan juta anak karena ada beberapa faktor. Pertama, tidak cukupnya asupan makanan ke mulut.
"Mungkin makanan yang dibutuhkan ada di rumah, tapi tidak diberikan ke anak," kata Fasli.
Â
Dampak Stunting pada Anak
Faktor lain terjadi stunting karena tidak ada ketahanan pangan di rumah. Entah itu karena ada bencana, kekeringan, hingga mahalnya harga pangan, seperti disampaikan Fasli.
Bisa juga stunting disebabkan pasokan makanan yang sudah dikonsumsi "dicuri" oleh cacing tambang atau gelang. Bila anak sudah terinfeksi cacing, asupan makanan yang diserap tubuh berkurang.
"Kalau anak sudah bermain tanah, kasih obat cacing dua kali setahun, itu bisa membantu," kata Fasli memberi pesan.
Â
Advertisement
Cegah Stunting
Stunting bisa dicegah degan memastikan kesehatan dan kecukupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan.
"Yakni sejak awal kehamilan, enam bulan pertama kehidupan, dan hingga anak usia dua tahun,"Â kata Fasli.
Pada saat kehamilan, ibu disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Terutama bersumber dari protein hewani. Lalu, pada saat nol sampai enam bulan, bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif.
Ketika sudah di atas enam bulan, anak mendapatkan makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai usianya.