Liputan6.com, Jakarta Sulit membayangkan bagaimana perasaan seseorang yang mengalami pelecehan seksual. Bukan hanya perasaan (psikis) yang hancur berkeping-keping, korban bisa juga mengalami trauma berkepanjangan dalam kehidupan sosial.
Pada kasus video pelecehan seksual yang viral di media sosial tersebut, terlihat bagaimana perawat berinisial J mengakui perbuatannya saat menggerayangi tubuh pasien berinisial W yang usai melakukan operasi.
Baca Juga
"Istri saya stres berat. Sampai sekarang kalau diajak bicara masih belum bisa konsentrasi," kata suami korban, Yudi Wibowo Sukinto, seperti dikutip dari AntaraNews, Jumat (26/1/2018).
Advertisement
Psikolog klinis, Rena Masri M.Psi, menyatakan memang berat kalau kita berada di posisi korban. Apalagi pelecehan seksual dilakukan di sebuah rumah sakit dan dilakukan oleh perawat yang telah puluhan tahun berkerja di rumah sakit tersebut.
Namun, korban pun enggak lantas mesti mengurung diri. Ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjalani kehidupan normal seperti sedia kala. Rena menganjurkan agar korban melakukan hal-hal positif untuk memulihkan kondisi pasca terjadinya pelecehan seksual.
1. Jangan menyalahkan diri sendiri
Tak baik jika korban terus menyalahkan peristiwa nahas yang dialaminya.
"Terkadang korban menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada dirinya. Hal ini dapat memperburuk kepercayaan dirinya di kemudian hari," jelas Rena saat dihubungi Health-Liputan6.com, Sabtu (27/1/2018).
Simak juga video menarik berikut :
2. Pilih orang yang tepat untuk curhat
Tak sedikit korban pelecehan seksual yang enggan membagikan kisah pilunya kepada orang lain. Alasannya, dia malu jika aibnya justru semakin tersebar luas dan masyarakat akan memandang dirinya sebelah mata.
"Bercerita dan mengekspresikan perasaan dapat menimbulkan perasaan nyaman dan merasa dihargai. Namun, berceritalah kepada orang yang tepat yang memang bisa mendengarkan aktif dan dapat memperbaiki suasana hati kita, bukan kepada orang yang malah mungkin dapat memperburuk perasaan atau kondisi kita," jelas psikolog klinis yang kemarin merayakan ulang tahun ke-38.
3. Melapor kepada pihak yang berwajib
Dengan melakukan pelaporan, diharapkan pihak berwajib segera melakukan proses hukum terhadap pelaku pelecehan seksual tersebut.
"Harapannya agar pelaku mendapat efek jera dan bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukannya," Rena menganjurkan.
4. Menciptakan suasana yang nyaman
Ketika situasi mulai aman dan terkendali setelah melapor ke pihak berwajib, saatnya untuk membuat hati kembali adem dan nyaman.
"Suasana nyaman diperlukan agar dapat berpikir jernih sehingga proses pemulihan dapat berlangsung dengan baik," lontar Rena.
Advertisement
5. Jangan terus membicarakan pelecehan tersebut
Semakin peristiwa pahit terus diungkit, hati akan terus merasakan sakit. Setop bahas kejadian tak menyenangkan tersebut.
"Jangan terus-menerus membicarakan kejadian pelecehan seksual. Karena dengan terus bertanya atau bercerita tentang kejadian tersebut, korban akan terus mengingat dan mengulang-ulang gambaran tentang apa yang telah terjadi. Hal ini dapat mengganggu proses pemulihan yang sedang berlangsung," jelas psikolog yang merampungkan studi S2 nya di Universitas Indonesia ini.
6. Memberikan edukasi terhadap keluarga korban tentang apa yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihannya
Terapi hati satu ini sangat dibutuhkan korban pelecehan seksual. Edukasi jelas bermanfaat untuk melupakan pengalaman buruknya.
"Dibutuhkan lingkungan yang kondusif dan dukungan yang positif pada masa masa pemulihan. Untuk itu, edukasi diperlukan agar pihak keluarga paham dan tepat dalam bersikap demi pemulihan korban," beber Rena.
7. Melakukan konseling dengan psikolog
Ketika tidak ada lagi pihak keluarga atau teman dekat yang mampu menenangkan hatinya yang terguncang, ada baiknya untuk berkonsultasi lebih intens dengan psikolog.
"Para ahli tentu memiliki pengetahuan yang lebih untuk menangani korban pelecehan seksual, sehingga korban mendapatkan terapi yang benar dan sesuai dengan keadaannya. Selain itu, untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah korban mengalami gangguan lainnya, datang kepada ahli yang sesuai merupakan sebuah keputusan yang tepat," tuturnya.