Liputan6.com, Jakarta Perjalanan ke luar angkasa tidak semudah di film-film superhero atau sains fiksi. Pergi ke luar angkasa ternyata juga punya dampak bagi tubuh.
Lingkungan yang tidak ramah, gravitasi nol, dan kurangnya atmosfer dapat mendatangkan bahaya bagi tubuh manusia.
Baca Juga
"Ini bisa menjadi sangat buruk," kata David Alexander, Ph.D., Direktur Rice Space Institute di Rice University Houston, Amerika Serikat, seperti dilansir dari New York Post pada Rabu (23/3/2018).
Advertisement
"Banyak yang mengaitkan efeknya dengan penuaan yang lebih cepat," tambah David.
Salah satu contoh yang baru saja terjadi adalah pada Scott Kelly, yakni astronot 54 tahun yang menghabiskan 340 hari hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Ketika dia kembali, para ilmuwan menemukan kode genetiknya telah berubah. NASA mengatakan bahwa gen yang terpengaruh antara lain adalah sistem kekebalan tubuh, pembentukan tulang, dan perbaikan DNA.
Para ilmuwan masih tidak yakin apa yang membuat gennya berubah dan bagaimana itu bisa mempengaruhi Scott. Tidak hanya perubahan DNA, perjalanan ke luar angkasa ternyata bisa menyebabkan beberapa hal ini.
1. Kacaunya Waktu Tidur
Astronot mengalami 16 matahari terbit dan terbenam setiap hari, ketika mereka berputar di orbit Bumi yang sangat rendah. Ini indah jika Anda ingin menulis puisi. Namun, itu bisa mengganggu ritme sirkadian dan membuat Anda sulit menutup mata.
Selain itu, astronot diberi pil untuk tidur dan memiliki jadwal tidur yang ketat. Hal ini membantu mereka untuk tetap waspada pada apa yang terjadi di sekitarnya.
Simak juga video menarik berikut ini:
Sulit Berjalan karena Otot Lemas
2. Otot Melemas
Setelah astronot kembali ke bumi, kesulitan terbesar adalah kembali menapak tanah dan berjalan. Mereka yang kembali dari bumi seakan berjalan sambil mengangkat batang pohon. Hidup dalam gravitasi nol-lah penyebabnya.
"Hidup dalam keadaan tanpa berat akan menyebabkan otot mengalami atrofi (penyusutan atau pengecilan ukuran suatu sel, jaringan, organ, atau bagian tubuh) dan massa tulang menurun," kata Alexander.
Bahkan, salah satu organ tubuh yang paling penting seperti jantung, bisa kehilangan massa dan menjadi lebih bulat.
Untuk itu, para astronot memiliki pengobatan khusus. Obat yang dikonsumsi biasanya digunakan untuk melawan kepadatan tulang dan osteoporosis. Mereka juga berolahraga beberapa jam setiap hari.
Karena itulah, stasiun luar angkasa juga dilengkap dengan sepeda statis, treadmill, dan mesin ketahanan yang dirancang khusus dengan menggunakan daya hampa, bukan beban.
Advertisement
Masalah Penglihatan
3. Masalah Penglihatan
Beberapa astronot melaporkan kilatan di penglihatan mereka ketika berada di luar angkasa. Hal itu ternyata sinar kosmik yang mengenai bagian belakang mata mereka.
Mereka yang memperpanjang masa tinggal di luar angkasa berisiko terkena masalah jangka panjang. Sekitar dua pertiga astronot di stasiun luar angkasa mengeluhkan masalah penglihatan.
"Perpindahan cairan juga bisa menyebabkan penumpukan di kepala. Ini menyebabkan tekanan udara yang lebih besar dan terkait dengan masalah penglihatan," kata Alexander.
4. Terbakar
Astronot harus berjuang dengan tingkat radiasi yang 1000 kali lebih tinggi daripada di Bumi. Menurut studi Universitas Nevada di Las Vegas, AS pada tahun 2017, perjalanan ke Mars bisa menggandakan risiko kanker.
Untuk itu, para astronot tidak diizinkan pergi ke luar angkasa selama periode peningkatan radiasi badai matahari.
Depresi
5. Bakteri Usus Berubah
Scott Kelly menemukan bahwa komposisi bakteri di ususnya berubah. Para ilmuwan tidak yakin apa yang menyebabkan hal itu. Entah radiasi, kurang tidur, atau terpaksa memakan steak dalam kemasan selama 340 hari.
6. Membuat Anda Gila
NASA mengatakan, astronot dengan jam terbang yang tinggi berisiko mengalami penurunan suasana hati, moral, bahkan depresi. Terkurung di pesawat luar angkasa yang kecil membuat tegang mental seseorang.
Beberapa astronot yang kembali ke Bumi bahkan harus berjuang melawan insomnia, depresi, dan kecanduan alkohol.
Advertisement