Sebelum Meninggal, Stephen Hawking Yakin Alien Itu Ada

Sebelum meninggal, Stephen Hawking meyakini, selain manusia Bumi, ada kehidupan asing (dunia alien) di galaksi lain.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 10 Mei 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 09:00 WIB
Ruang Kerja Stephen Hawking
Sebelum meninggal, Stephen Hawking yakin ada kehidupan asing (dunia alien). (AFP PHOTO/LONDON SCIENCE MUSEUM/SARAH LEE)

Liputan6.com, Australia Mendiang ilmuwan terkemuka dunia, Stephen Hawking yakin ada kehidupan asing (alien) yang bersembunyi di alam semesta, khususnya di Galaksi Bima Sakti. Ia mengungkapkan, kehidupan di alam semesta, tidak hanya dihuni manusia di Bumi. Ada kehidupan lain di alam semesta.

"Pandangan kalau kita sendirian (manusia) di alam semesta yang hidup, tampaknya tidak masuk akal bagiku. Itu terkesan arogan," Stephen Hawking pernah berkata. “Jumlah planet dan bintang begitu banyak, sangat tidak mungkin kita adalah satu-satunya kehidupan yang berevolusi.”

Hawking, yang meninggal pada 14 Maret 2018 mendukung proyek miliarder Rusia, Yuri Milner dan CEO Facebook Mark Zuckerberg. Proyek, yang dikenal Breakthrough Listen initiative ini bertujuan menemukan peradaban alien, dilansir dari News, Kamis (10/5/2018).

Cara kerja proyek yakni dengan mendeteksi dan mensurvei jutaan bintang di Bima Sakti. Sinyal deteksi dari bintang direkam teknologi luar angkasa. Sebuah teleskop terbaru dari Australia dianggap berpeluang menemukan dunia alien.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Teleskop canggih

Stephen Hawking dan para pemain The Big Bang Theory (Instagram/bigbangtheory_cbs.)
Stephen Hawking dan para pemain The Big Bang Theory (Instagram/bigbangtheory_cbs.)

Perangkat keras yang digunakan berupa CSIRO atau "The Dish". Teleskop dilengkapi penerima sinyal bertenaga tinggi. Artinya, para ilmuwan dapat mendeteksi adanya denyut kehidupan di galaksi.

Menurut CNET, proyek ini menggunakan teleskop Parkes di New South Wales, Australia selama satu setengah tahun terakhir, tapi masih terbatas. Penangkapan hanya menargetkan sampel kecil bintang dalam jarak yang relatif dekat dari Bumi. Namun, teknologi teleskop terus berkembang.

Hingga tahun 2018 ini, para ilmuwan dapat memproses sekitar 130 gigabit per detik data observasi dari luar angkasa.

"Dengan kemampuan baru ini. Kami memindai data galaksi secara rinci, yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kami berharap dapat mengungkap bukti, kalau planet kita--di antara ratusan miliar planet di galaksi--bukan satu-satunya kehidupan yang ada," kata ilmuwan Danny Price dari UC Berkeley.

Survei lengkap mencakup 1 juta bintang terdekat, pesawat, pusat galaksi, dan 100 galaksi terdekat dari Bima Sakti. Setelah data dikumpulkan, data akan diarsipkan, dan dianalisis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya