Liputan6.com, Jakarta Program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan bisa mencegah orang jatuh miskin. Pada 2016, program JKN-KIS menyelamatkan 1,16 juta orang dari kemiskinan.
"Dengan JKN-KIS ini memiliki dampak luar biasa pada penurunan ketimpangan dan mencegah orang jatuh miskin," kata peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, yang melakukan studi ini.
Baca Juga
Saat sakit, orang yang memiliki kartu JKN-KIS, tidak perlu mengeluarkan biaya. Orang tersebut memanfaatkan kartu untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis seperti disampaikan Teguh pada Public Expose BPJS Kesehatan di Jakarta pada Rabu (16/5/2018).
Advertisement
Jika tidak punya kartu yang programnya sudah berjalan dari 2014 ini, kemungkinan seseorang jatuh miskin bisa meningkat. Apalagi jika sakit yang diderita membutuhkan dana besar.
"Jika tidak punya JKN-KIS orang tersebut akan membayar sekian rupiah. Mungkin dia harus menjual sapi atau sawah, jika tidak punya akan berutang pada yang lain," kata pria yang juga dosen di UI ini.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
15 juta orang tak jatuh makin miskin
Penelitian ini juga menemukan fakta bahwa orang-orang miskin juga punya kesempatan mendapatkan akses kesehatan. Orang miskin tak perlu takut bakal makin miskin karena biaya pengobatan dibayar oleh BPJS Kesehatan.
"Ada 15 juta orang miskin yang terselamatkan tak jatuh lebih dalam kemiskinan karena bisa berobat gratis," kata Teguh.
Itu berarti dengan kehadiran JKN-KIS pada orang dengan perekonomian rendah, kata Teguh, punya kesempatan keluar dari garis kemiskinan.
Mendengar manfaat ini Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris di kesempatan yang sama mengatakan bahwa pengeluaran JKN-KIS dapat dianggap sebagai investasi karena bisa melindungi agar tak jatuh miskin akibat penyakit berbiaya mahal.
"Operasi jantung bisa habis ratusan juta rupiah. Biaya cuci darah sebulan bisa menghabiskan belasan juta. Mungkin pada awalnya bisa menanggung biaya, tapi lama kelamaan ada titik tak bisa membayar," kata Fachmi.
Advertisement