Kerap Terdeteksi Sudah Parah, Biaya Penyakit Ginjal Capai Rp11 Triliun per Tahun

Deteksi dini diyakini dapat menekan biaya penanganan pasien ginjal yang nominalnya terus bertambah setiap tahun.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 13 Mar 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2025, 13:00 WIB
Biaya Penanganan Penyakit Ginjal Capai Rp11 Triliun per Tahun
Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat - BPJS Kesehatan, Ari Dwi Aryani, dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia di Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Penyakit ginjal kronik (PGK) tercatat sebagai penyebab 4,6 persen kematian global pada tahun 2017.

Angka ini diprediksi akan terus meningkat dan PGK diperkirakan akan menjadi penyebab kematian tertinggi ke-5 di seluruh dunia pada tahun 2040. Masalah ginjal umumnya tak dirasakan di tahap awal hingga baru terdeteksi saat sudah parah.

Maka dari itu, kebijakan deteksi dini untuk individu yang berisiko harus diterapkan secara nasional untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan terkait gagal ginjal dan meningkatkan kualitas hidup.

Klinisi pada layanan primer dan petugas kesehatan garis depan harus dilatih untuk mengintegrasikan beberapa pemeriksaan untuk PGK ke dalam perawatan rutin. Terutama bagi populasi berisiko tinggi, bahkan ketika waktu dan sumber daya terbatas.

Deteksi dini diyakini dapat menekan biaya penanganan pasien ginjal yang nominalnya terus bertambah setiap tahun.

“Biaya pelayanan kesehatan gagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya, bahkan mencapai Rp. 11 triliun. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) perlu dimarakkan agar semakin banyak pasien yang dilakukan skrining penyakit ginjal,” kata Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat - BPJS Kesehatan, Ari Dwi Aryani, dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia di Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025).

 

Promosi 1

Perlu Peningkatan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan juga harus ditingkatkan, lanjut Ari. Melalui skrining dan promosi kesehatan tersebut, diharapkan angka kejadian penyakit ginjal kronis menurun, sehingga pengeluaran untuk gagal ginjal juga berkurang.

“Pemeriksaan terkait PGK harus diintegrasikan ke dalam intervensi komunitas yang sudah ada. Misalnya, yang menargetkan kesehatan ibu, HIV, tuberkulosis, dan penyakit tidak menular lainnya untuk menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi,” ujarnya.

 

Perubahan Gaya Hidup dan Manfaatkan CKG

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, mengajak masyarakat menjaga ginjal dengan gaya hidup sehat.

“Perilaku yang kurang baik, seperti kurangnya konsumsi cairan serta sedentary lifestyle menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menimbulkan terjadinya penurunan fungsi ginjal. Sehingga perbaikan pola hidup menjadi penting untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal kronik,” kata Nadia di acara yang sama.

Deteksi dini kesehatan ginjal juga tidak boleh luput untuk dilakukan. Cek kesehatan gratis (CKG) merupakan program yang saat ini telah diimplementasi di mana salah satunya melakukan skrining kesehatan ginjal, tambahnya.

“Pasien dengan diabetes, hipertensi, obesitas dan dislipidemia merupakan target untuk dilakukan skrining kesehatan ginjal ini,” ucapnya.

 

Dukungan Non Pemerintah dalam Sebarkan Kesadaran Skrining Ginjal

Hari Ginjal Sedunia 2025
Peringatan Hari Ginjal Sedunia, Jakarta Pusat (12/3/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir menyampaikan bahwa pihaknya aktif melakukan kampanye kesehatan ginjal.

“KPCDI hadir untuk melakukan advokasi terkait kebijakan kesehatan dan hak pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. KPCDI juga memiliki inisiatif menyelenggarakan program skrining gratis, pendampingan pasien baru, kampanye kesehatan masyarakat, serta berkolaborasi dengan Pemerintah untuk meningkatkan akses layanan kesehatan ginjal,” ujarnya.

Sementara, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, mengatakan, pihaknya mendukung upaya deteksi dini penyakit ginjal.

“Di AstraZeneca, kami percaya bahwa kami memiliki peran penting dalam mendorong hasil yang lebih baik bagi pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK). Oleh karena itu, Hari Ginjal Sedunia menjadi momen penting untuk menegaskan komitmen kami dalam mendukung deteksi dini dan penanganan PGK di Indonesia,” ujar Esra.

“Dengan demikian, pasien dengan PGK dapat didiagnosis lebih awal dan menerima pengobatan yang sesuai dengan pedoman, sehingga mereka dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik," imbuhnya.

Pemeriksaan juga dapat dilakukan di luar lingkungan medis, seperti di balai kota, gereja, atau pasar, tergantung pada peraturan lokal dan sumber daya yang tersedia.

“Upaya juga harus difokuskan pada peningkatan kesadaran di kalangan masyarakat umum, mempromosikan kesehatan, dan melaksanakan program pendidikan yang memberdayakan pasien,” pungkasnya.

Infografis Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Penyebab Kematian & Antisipasi
Infografis Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Penyebab Kematian & Antisipasi (Liputan6/com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya