Tarawih AC di India Saat Bulan Ramadan

Inilah kisah Prof Tjandra Yoga saat menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadan

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2018, 16:34 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2018, 16:34 WIB
Masjid Fatehpur
Prof. Tjandra Yoga di halaman Masjid Fatehpur Sikri Old New Delhi / (Liputan6.com/Loop/Tjandra Yoga)

Liputan6.com, Jakarta Selain berpuasa di siang hari, kami yang tinggal di India juga biasa sholawat tarawih di malam hari di Bulan Ramadan. Semua masjid lokal di New Delhi biasanya tidak ber AC, sehingga di suhu 43 °C di hari ke tujuh Ramadhan tahun ini cuaca terasa panas di dalam masjid. Salah satunya di Masjid Fatehpuri di Old Delhi yang dibangun tahun 1650 oleh Fatehpuri Begum, salah satu istri kaisar Shah Jahan yang menguasai India ketika itu.

Sejak tahun lalu saya mencoba mencari beberapa “jalan keluar”. Kebetulan di sekitar rumah saya di New Delhi Selatan ada beberapa keluarga muslim. Nama kompleks tempat saya tinggal “Nizamuddin area”. Di salah satu ruang tamu milik keluarga muslim yang full AC diadakan shalat tarawih setiap malam. Bahkan disediakan pula air minum.

Hanya memang, pemilik rumah mengundang pemuda Hafiz Quran sebagai imam yang sama setiap malam, dan setiap malam dihabiskan 1 juz sehingga selama ramadan kita bisa khatam Quran. Waktu Isha di New Delhi sekitar 20.30 malam dan dirumah biasanya shalat Isha berjamaah mulai jam 21.00 malam, taraweh 20 rakaat plus witir 3 rakaat selesai sekitar jam 23.00 malam. Lumayan “berat” juga. Apalagi, sebagai orang asing, saya diminta shalat di saf terdepan. Mau tidak mau harus ikut sampai selesai.

Saya mencoba mencari “kemungkinan lain”. Ternyata tidak terlalu jauh dari rumah ada India Islamic Cultural Center (IICC), dan di lantai dasarnya ada masjid kecil, berkarpet. Masjid lain masih banyak yang menggunakan tikar pandan dan ber-AC. Di papan pengumuman ditulis, imam setempat akan mengkhatamkan Quran dalam 15 hari tarawih. Saya belum sempat mencoba shalat tarawih di IICC ini. Hanya shalat dzuhur saja, dan selfie.

Tempat ibadah yang paling familiar tentu saja Masjid KBRI di Delhi. Selain suasananya Indonesia, gedungnya ber-AC, karpetnya empuk dan bersih (ini penting bagi kami) juga shalat tarawih 8 rakaat plus 3 rakaat witir.

Setiap Sabtu direncanakan ada buka puasa bersama dan ada penceramah berbahasa Indonesia pula. Kecuali Sabtu pertama minggu lalu yang diubah menjadi Hari Minggu karena diawali dengan acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2018. Selesai shalat (biasanya sekitar 22.30). Lumayan malam juga.

Buka puasa bersama di KBRI tentu dengan menu masakan Indonesia. Jadi tidak perlu buka puasa dengan makan “kare India”. Juga tidak perlu buka dengan salah satu makanan popular di New Delhi yaitu “masala dosa”. Dosa, semacam tepung yang dibuat lempengan tipis seperti kulit martabak atau kulit crepes yang kadang-kadang dalamnya diisi berbagai bumbu (India: masala). Sementara teh susu yang ada bumbunya juga disebut “masala tea”. Kadang-kadang terasa “aneh” juga kalau buka puasa kok dengan “masala”, apalagi kalau ditambah dengan “dosa” pula.

Semoga ibadah puasa kita semua di bulan ramadan ini mendapat rahmat dan berkah dari Allah SWT.

 

Prof Tjandra Yoga Aditama

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan Mantan Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementarian Kesehatan RI. Sekarang bertugas di WHO South East Asia Regional Office di New Delhi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya