Â
Liputan6.com, Jakarta Bagi masyarakat umum, stunting mungkin dipahami sebagai tubuh atau perawakan pendek. Namun, perawakan pendek, bukan berarti stunting.
Advertisement
Baca Juga
Ditemui dalam acara "Rokok, Stunting, dan Kemiskinan" di Four Points by Sheraton, Jakarta, dokter spesialis anak Bernie Endyarni Medise dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan stunting lebih rinci.
"Saya tidak setuju kalau stunting dimaknai berperawakan pendek. Saya merasa tubuh sendiri ini pendek (tinggi badan sekitar 160-an cm). Tapi saya bukan stunting lho," ujar Bernie beberapa hari lalu, ditulis Rabu (27/6/2018).
Stunting disebabkan adanya kekurangan nutrisi (malnutrisi) yang bersifat kronis. Asupan gizi yang sangat kurang membuat tubuh mengalami malnutrisi.
"Tubuh stunting itu tidak punya kalori cukup. Hal ini menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya, anak yang stunting sulit menerima pembelajaran atau saat usia 2-3 tahun, dia masih susah buat belajar jalan," Bernie melanjutkan.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Metabolisme terganggu
Asupan makro nutrien dan mikro nutrien yang kurang akan mengganggu metabolisme tubuh. Pada anak yang stunting, kekebalan tubuh tidak terbentuk sempurna.
"Metabolisme terganggu karena penyerapan asupan gizi ke tubuh itu kurang," Bernie menambahkan.
Kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh terhadap bakteri penyebab penyakit tidak kuat. Anak pun rentan sakit.
Advertisement