Gaya Hidup dan Kecanggihan Teknologi jadi Faktor Banyaknya Prostitusi Anak

KPAI mengatakan, kemudahan dalam bertransaksi elektronik dan gaya hidup menjadi faktor banyaknya kasus prostitusi anak.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Jul 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2018, 18:30 WIB
20160209-Ilustrasi-PSK-iStockphoto
Prostitusi anak muncul karena makin tingginya gaya hidup dan kemudahan teknologi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Gaya hidup masa kini yang tinggi menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya banyak permasalahan prostitusi pada anak. Hal ini menjadi salah satu perhatian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Hari Anak Nasional 2018.

"Keinginan pada remaja itu tinggi. Ketika mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan yang material, kemudian keinginan untuk hedonisme di tengah kekurangan atau keterbatasan ekonomi dan pendidikan," ujar Komisioner KPAI Bidang Trafficking dan Eksploitasi Ai Maryati Solihah di perayaan Hari Anak Nasional KPAI di Jakarta, Senin (23/7/2018).

Hal inilah yang menjadikan banyak anak dan remaja yang terjun ke dalam dunia prostitusi anak di Indonesia. Dengan cara tersebut, keinginan mereka akan terfasilitasi sekalipun harus tidak melanjutkan sekolah.

"Dukungan atau keinginan untuk ikut dengan temannya dan pergi dari keluarganya, tidak melanjutkan sekolah itu sangat tinggi," ia menambahkan.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

Kode Pramuka

20160209-Ilustrasi-PSK-iStockphoto
Prostitusi anak muncul karena makin tingginya gaya hidup dan kemudahan teknologi (iStockphoto)

Selain gaya hidup, faktor pendorong masalah prostitusi anak lainnya adalah kemudahan transaksi elektronik. Dengan semakin canggihnya teknologi, saat ini para penjual jasa dan pengguna makin termudahkan dalam mendapatkan hal-hal semacam itu.

"Kalau dulu transaksi prostitusi itu sangat sulit karena mereka harus berpindah tempat, harus naik pesawat, ke lorong jalan, saat ini kemudahan transaksi elektronik sangat memfasilitasi orang tersebut," kata Ai yang juga Kepala Divisi Advokasi Kebijakan KPAI itu.

Selain itu, media sosial juga semakin memudahkan gerak dari para pelaku prostitusi anak.

"Kalau kita masih memakai media sosial seperti WA atau Line, mereka sudah memiliki chatroom-chatroom tertentu," papar Ai.

"Mereka punya kode-kode tertentu. Misalnya pramuka. Jangan kira isinya tentang siaga atau penegak, tentang pramuka. Begitu dibuka isinya ada tentang anak 14 tahun tarifnya sekian," ujar Ai menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya