Hadapi Lingkungan Baru, Jemaah Haji Lansia Rentan Stres

Perubahan kondisi sosial dan lingkungan bisa membuat jemaah haji lansia mengalami stres selama di Tanah Suci.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Jul 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2018, 15:30 WIB
Jemaah Haji lakukan ritual thawaf di Masjidil Haram, Mekah
Jemaah haji lansia rentan stres, kenapa? (Liputan6.com/Muhammad Ali)

Liputan6.com, Jakarta Klinik Kesehatan Haji Indonesia sudah merawat 17 pasien psikiatri sejak dibuka pada 17 Juli 2018. Sebagian besar pasien psikiatri berusia di atas 60 tahun seperti disampaikan psikiater Miftakhul Huda yang bertugas di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Madinah.

Kasus psikiatri umumnya dipicu oleh kondisi sosial dan lingkungan yang sangat berbeda antara Arab Saudi dan Indonesia. Banyak jemaah haji harus beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi sosial yang baru. Selain itu dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan jemaah haji mengalami perubahan tingkah laku.

“Dia sudah tua, iklim di sini beda. Di Indonesia tropis di sini panas, kelelahan, kurang cairan. Di negara lain merasa sendiri, tidak ada orang yang dikenali, kesulitan dalam berbahasa, jauh dari keluarga, ini mempengaruhi peningkatan stresnya. Apalagi saat terpisah dari rombongan dan tidak dapat berkomunikasi dengan handphone. Ini akan memperberat stressor bagi lansia,” terang Huda lebih lanjut.

Kita saja yang usia dewasa, tambah Huda, sering kesulitan untuk menerima modernisasi alat komunikasi seperti handphone yang lebih canggih. Apalagi, bagi para lansia mengalami perubahan lingkungan.

Huda mencontohkan beberapa kondisi yang memerlukan adaptasi dalam waktu cepat, misalnya penggunaan toilet, bentuk hotel dan kamar hotel yang sama.

“Mereka sulit mengenali. Susah mengingat pintu-pintu yang sama. Apalagi mengingat pintu keluar di masjid nomor berapa. Mereka seringkali lupa dan bingung,” jelas Huda seperti rilis yang diterima Health-Liputan6.com dari rilis Sehat Negeriku Kemenkes. 

Berbeda dengan orang yang masih muda, mereka akan mudah beradaptasi yaitu dengan cara bertanya.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

Jangan pisah dari rombongan

Kepada para jemaah haji lanjut usia, Huda berpesan agar jangan berpisah dari rombongan.

“Bila ingin pergi harus ada yang mendampingi minimal 1 orang yang bisa berkomunikasi dan berani bertanya. Jangan lupa bawa minuman dan uang secukupnya, tidak lupa jika pergi izin kepada ketua regunya atau kepada teman satu kamar agar jika ada apa-apa bisa dibantu dan diinformasikan kepada petugas,” kata Huda.

Sementara itu, bila kita menemukan pasien yang stres, Huda menganjurkan agar kita menolongnya dengan memberikan kenyamanan kepada jemaah tersebut.

“Berikan kepercayaan bahwa dia tidak sendiri di sini. Ada kita. Kita memberikan jaminan. Selanjutnya kita lihat kebutuhan pasien. Misalnya dia butuh minum maka kita bantu sesuai dengan kebutuhannya,” tambahnya.

 

 

 

 

Tetap tenang

Huda mengimbau, ketika sampai di Tanah Suci jemaah harus tenang. “Tidak usah khawatir, yang penting jangan terpisah dari rombongan. Kalau ada masalah kesehatan di sini bisa tanya petugas karena kita ada di sekitar Nabawi,” ujar Huda.

Pastikan juga sudah menyiapkan mental bahwa suhu di Tanah Suci itu jauh lebih tinggi dibanding di Indonesia. Suhu di Makkah akan mencapai kurang lebih 53 derajat Celcius, keadaannya lebih berat daripada di Madinah yang sekitar 43 derajat.

Niat kuat juga makin mendukung seseorang untuk tetap bisa melaksakanan ibadah haji tersebut.

“Mensugesti diri sendiri bahwa kita dapat melaksanakan ibadah haji akan dapat memberikan semangat untuk menjaga kesehatan," saran Huda.Jangan lupa juga siapkan fisik yang mantap.

Dengan istirahat, makan sehat dan minum air putih yang cukup. Jangan lupa juga membawa obat-obatan yang dianjurkan dari Tanah Air.

"Bila ada keluhan dapat memeriksakan ke dokter kloter atau bila agak berat dapat dikonsultasikan di KKHI," terangnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya