Bukan Hukuman Fisik, Sekolah Ini Minta Siswa Nakal Lakukan Meditasi

Meditasi dianggap lebih efektif untuk menajemen emosi anak. Mereka juga lebih mampu mengelola rasa marahnya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Nov 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2018, 14:00 WIB
20151116-Ilustrasi-Meditasi
Ilustrasi Meditasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Hukuman untuk siswa yang melanggar peraturan sekolah saat ini seringkali hanya berujung pada kekerasan hingga masalah hukum. Namun, ada sebuah cara lain untukĀ mendisiplinkan murid, yaitu dengan meditasi.

Seperti yang dilakukan di sebuah sekolah di Amerika Serikat yaitu Robert W. Coleman Elementary di Baltimore, Maryland. Mengutip Fatherly pada Minggu (25/11/2018), alih-alih mengirim anak-anak nakal ke ruang detensi, mereka meminta mereka untuk pergi ke ruang meditasi.

Hal ini sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir di sekolah tersebut dan hasilnya dianggap luar biasa. Sekolah tersebut menunjukkan penurunan tajam mengenai hukuman dan penangguhan pendidikan anak.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, seorang siswa menceritakan tentang bagaimana dirinya mendapat hukuman meditasi tersebut. Siswa ini terlibat perkelahian dan harus dikirim ke ruangan tersebut.

"Setelah melakukan pernapasan dalam-dalam, makan sedikit camilan, saya mendapatkan diri saya kembali, sebelum kembali ke kelas dan meminta maaf," kata siswa tersebut.Ā 

Ā 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Ā 

Bukan hukuman isolasi

20151116-Ilustrasi-Meditasi
Ilustrasi Meditasi (iStockphoto)

Ini bukanlah sebuah isolasi. Holistic Life Foundation, yayasan nirlaba yang mengoperasikan ruang itu mengatakan, mereka melakukan peregangan, melatih pernapasan, dan berbagai pose yoga. Hal ini agar anak-anak rileks dan memberikan ruang tenang untuk memikirkan apa yang mereka rasakan dengan jelas.

"Ada beberapa anak yang memiliki masalah manajemen amarah. Program yoga memungkinkan mereka untuk melakukan teknik meditasi dan bukannya bereaksi dengan marah, mereka telah belajar cara bermeditasi dan mengarahkan kembali kemarahan mereka," tulis Kepala Sekolah Carlillian Thomposon dalam laman hlfinc.org.

Mereka juga mengatakan, siswa memiliki kesempatan untuk berbicara tentang apa yang mereka pikirkan, serta alasan mereka dikeluarkan dari ruang kelas.

Kota Baltimore sendiri memiliki lebih dari 90 persen siswa kulit hitam dan Latin. Banyak dari mereka yang menghadapi rasa stres dan kekerasan di lingkungannya akibat efek ketidaksetaraan ekonomi. Gagasan meditasi ini juga merupakan cara untuk menanggulangi efek negatif dari permasalahan toleransi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya