Liputan6.com, Jakarta Bersama Alfito Deannova, Putri Ayuningtyas didapuk menjadi moderator Debat Cawapres 2019 antara Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno yang digelar Minggu, 17 Maret 2019 di Hotel Sultan Jakarta. Siapa dia?
Kiprah Putri Ayuningtyas menjadi jurnalis dimulai pada 2008, usai mengikuti casting yang digelar sebuah stasiun teve di Yogyakarta. Sesudah menjadi reporter, ia kemudian dipercaya menjadi news anchor di media yang sama.
Baca Juga
"Saya rasa ini memang jalannya Tuhan, apalagi mengingat latar belakang pendidikan saya yang kuliah di Teknik Industri," kata Putri saat dihubungi Liputan6.com ditulis Minggu (17/3/2019).
Advertisement
Sebagai jurnalis, Putri berkesempatan untuk melanglangbuana ke banyak wilayah. Selain itu, menjadi jurnalis membuat Putri berkesempatan bertemu banyak orang. Mulai dari tokoh-tokoh negara hingga orang biasa yang memiliki dampak luar biasa untuk lingkungan.
"Berbicara dengan orang-orang penting, para pembuat kebijakan, para pemimpin negara, mungkin tidak didapatkan privilege itu bila kerja di bidang lain," tuturnya.
"Apalagi saat ini, profesi jurnalis juga makin mudah bertukar cerita dengan para pimpinan dan para pembuat kebijakan. Ini menarik ya," lanjutnya.
Salah satu pengalaman berkesan menjadi jurnalis Putri dapatkan ketika dikirim ke Zimbabwe. Ia mewawancarai kepala negara tersebut yang dikenal 'bertangan besi'. Selama bertugas di sana, pengawalan ketat dilakukan oleh petugas setempat terhadapnya dan tim peliput.
Sesampai di Zimbabwe, Putri dijemput oleh semacam pengawal presiden. Selama sekitar empat hari di sana, Putri selalu dikawal. Kemana pun diikuti. Selain HP, paspor kru peliputan juga ditahan.
"Paspor baru dikembalikan sesaat sebelum pesawat kami terbang ke Jakarta," cerita Putri.
"Namun, ini pengalaman yang sangat unik, saya belum pernah mengalami hal ini di negara lain ya," lanjutnya antusias.
Lihat postingan ini di Instagram
Meliput Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Salah satu hal menyenangkan sepanjang berkarier sebagai jurnalis adalah berkesempatan meliput pemilihan umum Amerika Serikat. Ia melihat langsung cara Barack Obama berkampanye.
"Saat itu saya meliput di kubu Obama. Sebuah kesempatan bisa melihat demokrasi di negara dengan sistem demokrasi tertua di dunia. Jadi, senang ya" tuturnya.
Namun, bukan cuma meliput pesohor-pesohor yang membuatnya terkesan. Banyak juga sesi wawancara dengan orang biasa tapi memiliki makna mendalam bagi wanita kelahiran Juni 1984 ini.
"Di liputan dalam negeri juga banyak yang membekas. Yang terbaru, saya liputan tentang orang dengan gangguan jiwa atau liputan dokumenter. Ada program CNN Indonesia Heros yang mencari sosok orang biasa tapi berdampak luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya," kata wanita yang kini menjadi news anchor di CNN Indonesia ini.
"Itu nyenengin banget," tutupnya.
Advertisement