Liputan6.com, Jakarta Bagi anak-anak, puasa sebaiknya dilakukan secara bertahap, tidak langsung satu hari penuh. Orangtua harus memperhatikan terlebih dahulu kondisi buah hati, termasuk asupan nutrisinya.
"Ada anak-anak dengan status gizi kurang ditandai dengan berat badan kurang. Kalau dalam kasus seperti itu, jangan dipaksakan satu hari penuh karena cadangan energinya tidak akan cukup," kata dokter spesialis gizi klinik Juwalita Surapsari dalam temu media di Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Jumat (3/5/2019).
Baca Juga
Untuk tahap awal, Juwalita merekomendasikan orangtua untuk melatih anak berpuasa saat berusia tujuh tahun. Diawali dengan puasa setengah hari.
Advertisement
Ditambahkan pakar gizi dari Universitas Indonesia, Asih Setiarini mengatakan, anak bisa memulai latihan puasa dengan metode jam-jaman.
"Kalau anak puasa kan terkadang melihat jam terus tuh. Kalau masih belum bisa puasa, bisa mulai dulu dari puasa selama dua atau tiga jam," kata Asih pada Health Liputan6.com.
Selain itu, anak juga bisa ikut puasa setengah hari sampai salat zuhur. "Tidak harus berapa jam sekali pastinya, secara bertahap saja. Karena kan ini untuk melatih," tambahnya.
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Tips Sahur dan Sarapan
Penting juga diingat pada saat sahur, jangan membangunkan dirinya secara mendadak. Waktu ideal yang disarankan adalah satu jam sebelum sahur.
"Bangunkan satu jam, ajak dia untuk terlibat misalnya untuk menyiapkan makanan atau mengobrol. Jadi, waktu mau sahur, mood-nya sudah bagus," saran Juwalita yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah.
Selain itu, berikan juga sarapan sahur yang tepat bagi anak. Termasuk yang mengandung indeks glikemik tinggi.
"Cari sarapan yang berisi protein seperti telur. Kalau mau sedikit tricky roti dipotong, celupkan ke telur, ditaruh di atas pan dikasih mentega, jadi dia sekali makan sudah ada karbohidrat dan proteinnya," kata dokter yang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia ini.
Â
Â
Advertisement
Cek Kondisi Kesehatan Anak
Juwalita juga menyarankan orangtua untuk memberikan anak susu. Selain karbohidrat dan protein, beberapa produk juga mengandung serat yang berguna untuk pelepasan gula lebih pelan.
Tidak hanya itu, berikan penjelasan pada anak agar memberitahu orangtua tentang kondisinya selama puasa. Tentunya, orangtua juga harus tahu apakah dia benar-benar mengalami gejala tertentu atau hanya ingin cepat buka puasa.
"Kalau orangtua kan punya feeling. Kalau dilihat sudah lemas banget, periksa nadinya. Kalau nadinya cepat, ditakutkan dia dehidrasi atau hipoglikemia," katanya. Secara bertahap, apabila tidak ada masalah, anak baru boleh melakukan puasa satu hari penuh.