Liputan6.com, Liverpool Misteri gangguan penglihatan yang terjadi pada Margi Garner (54) akhirnya terkuak. Ternyata selama ini ada tumor otak bersarang di tubuhnya. Bahkan dokter bedah yang melihat tumor otak pun mempertanyakan, bagaimana Margi bisa bertahan hidup sampai sekarang.
Kejadian bermula pada 2013, saat itu Margi merasa frustrasi setelah beberapa kali pergi ke toko kacamata. Saat itu ia sudah berganti-ganti kacamata tapi penglihatannya tak kunjung membaik
Advertisement
Baca Juga
Ketika mengendarai mobil, ia keliru melihat cabang pohon yang dikira pejalan kaki. Ia pun berupaya keras menginjak rem. Margi akhirnya dibujuk untuk menemui dokter spesialis mata.
Dokter yang ditemui Margi gagal mendiagnosis apa yang terjadi pada penglihatannya. Ia sempat menyerah bertemu dokter. Namun, saran terakhir dari dokternya mungkin telah menyelamatkan hidup Margi.
Ia diminta melakukan pemindaian MRI sebelum memutuskan untuk berhenti menghadiri janji temu dokter. Tepat pada Hari Valentine 2013, seorang perawat yang menyampaikan berita dahsyat bahwa ia memiliki tumor otak.
Tumor otak yang diidapnya dikenal sebagai meningioma telah menekan saraf optiknya.
"Aku pergi ke toko kacamata dan melakukan tes mata. Aku diberi kacamata varifocal. Sayangnya, (saat memakai kacamata) aku hanya bisa melihat bentuk umum saja. Aku tidak bisa melihat (secara spesifik) apa itu. Tentunya, kau tidak bisa terus seperti ini terus," ujar Margi yang tinggal di Liverpool, sebagaimana dilansir dari Echo, Senin (20/5/2019).
Â
Simak video menarik berikut ini:
Tumor Seukuran Buah Jeruk
Dari toko kacamata, Margi dirujuk ke The Walton Centre, Royal Liverpool Hospital di Aintree untuk pemeriksaan MRI. Tumor otak seukuran buah jeruk terlihat. Ia pun dijadwalkan untuk pembedahan.
"Mereka (dokter) mengatakan, aku mengidap tumor seukuran buah jeruk selama bertahun-tahun. Ketika dokter bedah menemuiku, dia berkata 'bagaimana kamu masih hidup, aku saja tidak akan pernah tahu itu," Margi melanjutkan.
Ahli bedah tidak dapat mengangkat seluruh tumor karena terlalu dekat dengan pembuluh darah utama. Pada 2016, Margi kembali ke rumah sakit karena tumor yang tersisa sudah mulai tumbuh lagi.
Alih-alih operasi lebih lanjut, Margi memilih enam minggu melakukan radioterapi setiap hari di The Clatterbridge Cancer Centre. Perawatan ini berhasil menyusutkan ukuran tumor yang menyelamatkan nyawa Margi.
Pengalaman melewati tumor otak menggerakkan hati Margi untuk menjadi sukarelawan. Margi, yang bekerja dengan suaminya, Merv Garner di bisnis keluarga memutuskan menelepon The Walton Center dan menawarkan jasanya sebagai sukarelawan membantu pasien.
"Aku duduk di rumah dan memutuskan tidak ingin terjebak di sini, menyia-nyiakan hidupku. Hidup adalah untuk hidup. Ini benar-benar mengubah pandanganku tentang hidup," jelasnya.
Advertisement
Senang mengobrol
Demi membantu orang-orang yang didiagnosis menderita tumor otak. Pada Januari tahun ini, ia meminta sumbangan amal ke The Brain Tumor Charity.
“Didiagnosis dengan tumor otak sangat menakutkan. Ini membuat orang merasa terisolasi, cemas, dan tidak pasti tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
"Kami sangat berterima kasih kepada Margi karena berbagi kisahnya untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka tidak sendirian. Kami juga mengapresiasi atas apa yang dia lakukan di Walton Center dengan membantu pasien pada saat yang sulit dalam hidup mereka," kata Kepala Eksekutif The Brain Tumor Charity, Sarah Lindsell.
Rasa senang mengobrol dengan orang-orang mendorong Margi berkomunikasi dengan pasien tumor otak.