Liputan6.com, Jakarta Hampir 50 anak di India meninggal dalam tiga minggu terakhir setelah keracunan buah leci. Mereka dinyatakan terkena penyakit radang otak.
Dikutip dari CNN pada Jumat (14/6/2019), laporan dari otoritas kesehatan negara bagian Bihar menyatakan pada Kamis, 13 Juni 2019, 47 anak meninggal dunia. Semuanya terkena sindrom ensefalitis akut yang melibatkan peradangan otak karena keracunan leci.
Baca Juga
Sejak Januari, secara keseluruhan ada 179 kasus yang dilaporkan dari dua rumah sakit di kota Muzaffarpur. Namun, kematian baru terjadi dalam beberapa minggu terakhir.
Advertisement
Sebelumnya, dikutip dari Guardian, hanya 31 anak yang meninggal. Namun angkanya bertambah. Diketahui bahwa masih ada lagi pasien yang sedang dalam perawatan intensif.
"Kami berusaha sebaik-baiknya untuk menyelamatkan mereka," kata S P Singh, kepala petugas medis dari Sri Khrisna Medical College and Hospital.
Â
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Pengaruh Gelombang Panas dan Konsumsi Leci
Kasus tersebut bukanlah yang pertama kalinya di India. Hingga tahun 2013, 351 orang meninggal karena ensefalitis di bagian utara Uttar Pradesh.
"Tahun ini, jumlah kasus naik sedikit. Gelombang panas terlalu kuat dan sudah berlangsung terlalu lama," kata Sanjay Kumar, pejabat kesehatan senior menjelaskan.
Kumar mengatakan bahwa beberapa buah dan sayuran bisa meracuni seseorang. Departemen kesehatan negara mengklaim bahwa hipoglikemia bertanggung jawab atas kematian para pasien. Di sisi lain, leci yang banyak ditanam juga tetap memiliki peran.
"Para ahli internasional telah memberitahu kami bahwa leci memiliki sejenis racun yang masuk dan tersimpan dalam hati anak-anak ini, ketika suhu naik, racun itu keluar," kata Kumar.
"Kami menduga ada beberapa jenis peran dari leci dalam kasus ini. Namun juga benar bahwa saat suhu dan hujan turun, dengan leci atau tanpa leci, tidak ada lagi kasus," tambahnya.
Advertisement
Racun dalam Leci
Penyakit ini dikenal oleh masyarakat lokal sebagai chamki bukhar. 150 nyawa melayang karena masalah ini pada 2014.
Sebuah studi tahun yang diterbitkan tahun 2017 di The Lancet Global Health berdasarkan kasus tersebut menemukan bahwa anak-anak yang sudah mengonsumsi leci seringkali tidak ingin makan malam. Mereka dilaporkan jatuh sakit dan menghasilkan hipoglikemia.
Ketika kadar gula darah turun, tubuh akan mulai memetabolisme asam lemak untuk menghasilkan dorongan glukosa. Meski begitu, sampel urin dari dua pertiga pasien menunjukan bukti bahwa mereka terpapar racun pda biji leci dengan kadar tinggi yang ada dalam buah mentah.
Kondisi tersebut menyebabkan gula darah rendah serta peradangan otak yang berbahaya.
Ashok Kumar Singh, pejabat kesehatan mengatakan bahwa kebanyakan pasien menderita kehilangan glukosa secara drastis dalam darah mereka. Selain itu, diketahui bahwa kebanyakan dari mereka adalah keluarga miskin yang banyak menderita gizi buruk.