Liputan6.com, Jakarta Selalu kembung, buang gas, mual, bahkan diare setelah mengonsumsi susu? Bisa jadi Anda mengalami intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa terjadi ketika seseorang tak mampu benar-benar mencerna laktosa (gula) dalam susu. Ini karena tubuh tak memproduksi laktase, enzim yang diperlukan tubuh untuk mencerna laktosa.
Baca Juga
Mengutip laman WebMD, laktosa yang tak tercerna di perut dan usus kecil akan bergerak ke usus besar yang kemudian dihancurkan oleh bakteri. Kondisi tersebut menyebabkan kembung dan munculnya gas. Seringkali individu yang mengalaminya juga diare.
Advertisement
Umumnya intoleransi laktosa tidak berbahaya bagi individu. Namun, tanda-tanda yang dialami memang membuat tidak nyaman, seperti:
- Diare
- Mual, bahkan terkadang muntah
- Kram perut
- Kembung
- Gas
Mengutip laman Mayoclinic, tanda-tanda intoleransi laktosa ini biasanya mulai muncul sekitar 30 menit hingga 2 jam setelah makan atau minum produk yang mengandung laktosa.
Faktor risiko
Kenali juga faktor risiko yang membuat Anda atau anak Anda rentan terkena intoleransi laktosa, yakni:
Pertambahan usia
Intoleransi laktosa biasanya muncul di usia dewasa. Kondisi ini jarang terjadi pada bayi atau pun anak kecil. Jika pun ada bayi atau anak-anak yang mengalaminya, maka umumnya disebabkan oleh faktor genetika.
Etnis
Intoleransi laktosa umumnya dialami oleh individu dengan etnis Afrika, Asia, Hispanik, dan India Amerika.
Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur kemungkinan besar memiliki kadar laktase yang rendah karena usus kecil mereka tidak mengembangkan sel yang memproduksi latase hingga trimester ketiga.
Penyakit yang menyerang usus kecil
Masalah pada usus kecil bisa menyebabkan intoleransi laktosa termasuk perkembangbiakan bakteri yang berlebih, penyakit celiac, serta Crohn.
Pengobatan kanker
Kalau Anda tengah menjalani terapi radiasi kanker di bagian perut atau komplikasi pencernaan akibat kemoterapi, Anda pun memiliki risiko lebih besar mengalami intoleransi laktosa.
Advertisement