Kenali 5 Penyebab Rambut Rontok

Meski umum terjadi, rambut rontok terkadang menimbulkan kekhawatiran.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2019, 14:00 WIB
Rambut rontok dan kusam
Berikut empat hal yang harus dihindari agar rambut tidak mudah rontok dan kusam. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Meski umum terjadi, rambut rontok terkadang menimbulkan kekhawatiran. Apalagi bila sampai menyebabkan kebotakan.

Normalnya, helai-helai rambut pria maupun wanita akan gugur sekitar 50 hingga 100 helai per hari. Helai rambut akan gugur ketika keramas, menyisir atau mengeringkan rambut.

Namun, Anda perlu waspada bila rambut yang gugur telah lebih dari 100 helai per hari. Bila kondisi rambut rontok berlanjut dan tak segera ditangani, hal tersebut bisa menyebabkan kebotakan (alopesia).

Berikut penjelasan dr Nadia Octavia mengenai penyebab rambut rontok seperti dimuat dalam laman Klikdokter:

Penyebab kerontokan rambut

Jika rambut rontok lebih dari 100 helai per hari, Anda harus waspada dan pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit. Berikut ini adalah beberapa penyebab tersering kerontokan rambut:

 

 

 

Diet ketat

Diet terlalu ketat

Diet berlebihan bisa mengakibatkan tubuh kekurangan nutrisi penting, termasuk rambut. Diet terlalu ketat bisa sebabkan kerontokan rambut dalam 1-6 bulan. Diet 0-1.000 kalori per hari bisa bikin rambut rontok. Jika diet dihentikan, rambut akan tumbuh kembali. Pada keadaan malnutrisi berat (kekurangan kalori dan protein), rambut bisa menjadi tipis, jarang, berwarna lebih muda, dan rambut mudah tercabut.

Protein, asam lemak esensial, zat besi, dan zink merupakan beberapa nutrisi penting yang berguna untuk pembentukan keratin rambut.

Tata rambut berlebihan

Penggunaan produk penataan rambut berlebihan, seperti sampo, hair spray, alat styling rambut seperti alat catok rambut, pengeriting rambut, pengering rambut, atau sering gonta-ganti warna rambut bisa sebabkan rambut rusak.

Paparan panas dan zat kimia apalagi yang dilakukan terus-menerus dapat melemahkan rambut, sehingga rambut jadi gampang patah dan rontok.

Oleh karena itu, Anda disarankan untuk tidak menggunakan alat styling rambut setiap hari. Berikan waktu agar rambut dapat “beristirahat” sejenak dari produk kimia dan pemanas rambut. Jika memang harus menggunakan pengering rambut atau alat catok, atur suhunya menjadi rendah.

Stres

Stres

Rambut rontok bisa bikin stres seperti halnya stres juga bisa sebabkan kerontokan rambut makin parah. Kerontokan rambut akibat stres fisik dan emosional disebut sebagai telogen effluvium, yang mana sejumlah besar stres mendorong folikel rambut untuk beristirahat. Akibatnya, rambut mulai rontok, menyebabkan munculnya penipisan.

Perubahan gaya hidup tertentu dapat membantu, misalnya dengan cukup tidur dan menghabiskan waktu melakukan hobi yang Anda sukai untuk mengurangi stres. Apabila sedang terjerat masalah serius hingga stres berat, cobalah untuk relaks dan mencari solusinya. Jika mungkin, libatkan orang-orang yang Anda percaya untuk membantu Anda. Apabila teratasi dengan baik, kerontokan rambut pun akan berkurang.

Masalah hormonal

Kebotakan paling sering disebabkan oleh faktor genetik dan masalah hormonal, atau sering disebut sebagai alopecia androgen. Pada kondisi ini, terjadi penyusutan folikel rambut oleh hormon yang disebut dihydrotestosterone (DHT). Hormon ini dimiliki wanita, tetapi lebih banyak dijumpai pada pria. Karenanya, kasus alopecia androgen ini lebih sering terjadi pada pria.

Pada pria, pola kerontokan akibat hormon ini bersifat khas, yakni membentuk lengkungan khas pada kedua sisi pelipis. Seiring berjalannya waktu, garis rambut akan berbentuk seperti huruf “M”. Puncak kepala juga akan mengalami kerontokan, sehingga menjadi rontok rambut total. Sedangkan pada wanita, kerontokan akan terjadi di seluruh bagian rambut, serta jarang sekali menimbulkan penipisan rambut di bagian-bagian tertentu.

Masalah kulit kepala

Kulit kepala yang tidak sehat dan mengalami peradangan bisa membuat rambut jadi sulit tumbuh. Beberapa kondisi di kulit kepala yang bisa berujung pada kerontokan rambut antara lain: dermatitis seboroik (ketombe), psoriasis, dan infeksi jamur.

Pada kasus ketombe, kulit kepala akan terasa berminyak dan seperti ada sisik putih atau kekuningan yang jatuh di bahu atau terlihat di rambut.

Masalah pada kulit kepala tidak hanya menyebabkan ketombe, tetapi juga dapat menjadi salah satu penyebab kerontokan rambut. Oleh karena itu kulit kepala juga perlu selalu dijaga kebutuhan nutrisinya, agar dapat membantu akar rambut lebih kuat sehingga tidak mudah rontok. Untuk itu, dibutuhkan shampo dengan formula yang tepat seperti PANTENE Shampo Perawatan Rambut Rontok

 

 

Presented by Pantene
Presented by Pantene.

Pro-vitamin di dalam PANTENE Shampo Perawatan Rambut Rontok dapat menutrisi rambut dan kulit kepala secara menyeluruh. Selain itu, teknologi Keratin Damage Blockers di dalamnya pun mampu membantu mencegah rambut patah akibat kerusakan, sehingga rambut rontok berkurang hingga 98% bila digunakan setiap hari.

Sementara itu, psoriasis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan pergantian sel kulit berlebihan, serta mengakibatkan terbentuknya sisik putih sangat tebal yang menutupi kulit kepala. Rambut pun jadi mudah rontok.

Jamur di kulit kepala (tinea kapitis) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur di kulit kepala, alis, dan bulu mata. Infeksi disebabkan oleh jamur golongan dematofita. Gejalanya beragam, seperti kebotakan di area tertentu, gatal-gatal, terdapat pustule atau benjolan kecil berisi nanah di kulit kepala, munculnya ketombe, dan kalau sudah parah dapat menyebabkan kerion (pembengkakan pada area tertentu) di kulit kepala yang disertai demam dan pembangkakan kelenjar di leher.

Itulah lima penyebab kerontokan rambut yang mungkin sedang Anda alami. Jika rambut rontok lebih dari 100 helai per hari dan terlihat tanda-tanda penipisan, serta disertai gatal, bengkak, ketombe, atau gejala tak nyaman lainnya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis kulit. Nantinya, akan ditelusuri penyebab rambut rontok yang dialami, sehingga Anda mendapatkan perawatan yang tepat. 

 

Sumber: Klikdokter

Penulis: dr Nadia Octavia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya