280 Juta Anak Hidup Lebih Baik Hari Ini dibanding 20 Tahun Lalu

280 juta anak hidup lebih baik hari ini dibandingkan 20 tahun lalu, menurut laporan Save the Children.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Jun 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2019, 13:00 WIB
Anak bermain di luar
280 juta anak hidup lebih baik hari ini dibandingkan 20 tahun lalu. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Setidaknya 280 juta anak atau 1 dari 8 anak, hidup lebih baik hari ini dibandingkan 20 tahun lalu, menurut laporan terbaru Save the Children. Laporan 100 tahun Global Childhood Report 2019 ini memberi peringkat negara-negara yang ramah anak dan terburuk untuk hidup anak-anak.

Berdasarkan keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (18/6/2019), hasil laporan berjudul Changing Lives in Our Lifetime diperoleh dari berbagai faktor yang merenggut masa kecil anak-anak di seluruh dunia.

Misal, kekurangan gizi, keterbatasan akses pendidikan, pekerja anak, kehamilan dini, pernikahan anak, dan kematian yang kejam. Persoalan anak-anak yang melarikan diri dari zona konflik juga menjadi sorotan.

Laporan Global Childhood Report 2019 juga menampilkan Index End of Childhood. Bahwa situasi untuk anak-anak hidup di 173 dari 176 negara di dunia mengalami kemajuan sejak tahun 2000. Hal ini membuktikan upaya pemerintah negara meningkatkan kesejahteraan anak-anak.

"Sangat menarik membandingkan kondisi negara-negara lain di dunia untuk mewujudkan masa kecil anak-anak yang sehat, bahagia, dan aman," kata Direktur Media dan Komunikasi Save The Children Indonesia, Fajar Jasmin Sugandhi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Perang dan Konflik

Potret anak-anak yang terancam kelaparan akut akibat Perang Yaman (AP/Hani Mohamed)
Potret anak-anak yang terancam kelaparan akut akibat Perang Yaman (AP/Hani Mohamed)

Upaya menciptakan akses pemenuhan hak anak seperti Amerika Serikat. AS yang berada di peringkat ke-36 berhasil menekan angka kehamilan dini sejak tahun 2000. Angka putus sekolah juga menurun hampir dua pertiga.

AS juga berhasil mengurangi kekurangan gizi kronis dan perkawinan anak serta tingkat kematian anak-anak menurun. Laporan juga menyoroti anak yang tinggal di zona konflik.

Ada peningkatan 80 persen jumlah orang yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena konflik. Peningkatan terjadi 30,5 juta lebih banyak orang sejak tahun 2000.

Perang yang sedang berlangsung di Suriah dan Yaman memberikan kontribusi signifikan terhadap lonjakan mengungsi serta konflik berkepanjangan di negara-negara lain, termasuk Irak dan Sudan Selatan.

Anak-anak yang hidup di zona konflik terenggut masa kecilnya. Momen hidup mereka untuk bermain hilang dan tidak aman. Migrasi karena konflik menjadi satu-satunya indikator yang mengalami peningkatan.

"Di sisi lain, laporan ini juga menunjukkan, betapa perang membawa kerusakan besar bagi anak-anak yang menjadi korban," lanjut Fajar.


Kemajuan di Negara Termiskin

Anak Bermain
Kemajuan pemenuhan hak anak di negara termiskin. copyright pixabay.com

Kemajuan paling dramatis pemenuhan hak anak terjadi di beberapa negara termiskin di dunia, seperti Sierra Leone, yang mengalami kemajuan sejak tahun 2000 diikuti Rwanda, Ethiopia dan Nigeria.

Sierra Leone, menurut laporan Global Childhood Report 2019, mencapai penurunan 99 persen jumlah orang yang migrasi secara paksa dari rumah. Rwanda mengalami kemajuan selepas 25 tahun pasca genosida.

Kematian anak di Rwanda di bawah 5 tahun berkurang sampai 79 persen dan anak putus sekolah serta tingkat pernikahan turun 60 persen.

Rwanda juga menurunkan pekerja anak, kehamilan dini, dan pembunuhan anak hingga setengahnya sejak tahun 2000.Ethiopia juga mencapai pengurangan 59 persen kematian balita, penurunan kehamilan dini 41 persen serta stunting dan pembunuhan anak turun hingga 30 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya