Â
Liputan6.com, Jakarta - Nyaris seluruh calon pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) menginginkan berada di posisi delapan saat bertugas pada upacara hari ulang tahun Republik Indonesia (HUT RI) pada 17 Agustus.
Terlebih bagi mereka yang berhasil melaju sampai ke tingkat nasional.
Advertisement
Baca Juga
Begitu pun dengan 68 orang calon Paskibraka Nasional 2019 yang akan melaksanakan pendidikan dan pelatihan selama satu bulan di Cibubur esok hari.
Bagi calon Paskibraka Nasional 2019 putra yang berharap bisa terpilih sebagai komandan pasukan, pengibar, atau pembentang, bisa mengikuti sejumlah saran dari para pendahulu agar dewi fortuna berpihak pada kalian.
Â
Video Menarik Terkait Paskibraka Nasional
Saran untuk Calon Paskibraka Nasional 2019
Â
Alfares Dio Simangungsong, Purna Paskibraka Nasional 2017 dari Kalimantan Timur, menyarankan untuk mempersiapkan mental dan juga pikiran.
Fisik, memang perlu. Namun, para pelatih pasti melihat mental para peserta diklat guna melihat seberapa sanggup anak didiknya itu mengemban tugas yang bakal diberikan.
"Pelatih pasti mencari orang yang berani, yang mau menerima risiko, dan tentu saja bertanggung jawab pada tugasnya," kata Dio, begitu dia biasa disapa kepada Diary Paskibraka Liputan6.com pada Rabu, 24 Juli 2019.
Begitu juga dengan pikiran, kata cowok yang sebentar lagi menjadi mahasiswa di salah satu universitas kenamaan di Jakarta.
Menurut Dio, jangan sampai calon Paskibraka Nasional 2019 memiliki pikiran macam-macam di luar dari tugas mereka.
"Jika pikiran mereka sudah ke mana-mana, sudah lepas dari tugas yang seharusnya, otomatis konsentrasi pasti buyar. Apa yang pelatih katakan hanya didengar begitu saja jadinya," kata Dio.
Doa dan terus berusaha tidak lupa untuk senantiasa dilakukan.
"Potensi atau kemampuan yang ada pada diri kita harus kita perlihatkan biar pelatih tahu," kata Dio.
"Pokoknya jangan pernah ragu mencoba apa yang sudah dipraktikkan oleh pelatih. Lakukan, buktikan, dan tunjukkan bahwa kamu memang bisa," ujar Sang Pembentang pada upacara sore hari.
Â
Advertisement
Seluruh Calon Paskibraka Tingkat Nasional 2019 Harus Berlatih Sungguh-Sungguh
Â
Ananda Micola, Paskibraka 2018 tingkat nasional dari provinsi Jawa Timur, memiliki pendapat yang kurang lebih sama.
"Jaga kondisi fisik dari awal diklat. Fisik harus baik. Fisik adalah penentu layak atau tidaknya kamu berada di pasukan delapan," kata Mico.
Kemudian, perlihatkan sikap yang sopan dan mau belajar biar para pelatih semakin yakin untuk memilih kamu.
"Berdoa, semoga nasib berpihak sama kamu," Mico berpesan.
Â
Kesehatan Harus Diprioritas Seluruh Anggota Paskibraka Nasional 2019
Â
Sementara Dyka Ade, yang juga berada di posisi delapan bersebelahan dengan Mico, berpesan supaya calon Paskibraka Nasional 2019 memerhatikan kesehatannya.
Menurut Dyka, percuma punya kemampuan mempuni, hebat, tapi sakit-sakitan. Pastinya para pelatih akan berpikir dua kali untuk memilihnya.
Sewaktu di asrama Diklat Paskibraka 2018, Dyka selalu menggunakan waktu istirat dengan maksimal, dan saat waktu makan tidak mengurangi prosi makan.
"Menurut Dyka, sumber tenaga itu dari apa yang kita makan. Dan selama di Cibubur, Dyka mengatur suhu pendingin ruangan tidak terlalu dingin. Soalnya, kondisi tubuh kita masih panas setelah seharian latihan," ujarnya.
Selanjutnya, pelajari serta pahami tehnik-tehnik melipat dan membentang bendera. Seperti berapa total tarikan bendera di Istana, bagaimana cara membentang bendera yang benar, dan melipat bendera yang baik supaya rapi.
"Sekarang sumber refrensi sudah banyak, salah satunya Youtube," katanya.
Â
Advertisement
Paskibraka yang Lolos ke Nasional Harus Punya Banyak Refrensi
Â
Pengerek bendera saat upacara penurunan pada 2017, Muhammad Wildan Arsyad Muzaki, memiliki pendapat yang tak berbeda jauh.
"Sering-sering lihat video waktu pengibaran atau penurunan dari tahun-tahun sebelumnya di Istana Negara. Dari video itu, kita bisa lebih termotivasi untuk melakukan tugas dengan lebih baik dari sebelumnya," katanya.
Sehingga, calon Paskibraka Nasional 2019 bisa tahu apa saja yang harus dilakukan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Contohnya di tahun aku waktu penurunan. Jadi, itu katanya ada yang sempat lihat kalau bendera menyentuh tanah. Terus aku sempat kesulitan pas bendera sudah sampai bawah, lantaran angin yang cukup kencang. Sehingga benderanya malah ke arah aku bukan ke arah Deo," katanya.
"Untungnya aku masih bisa antisipasi. Benderanya langsung aku ambil, dan langsung kasih ke Deo. Alhamdulillah pelaksanaannya berjalan lancar," kata Wildan.