Liputan6.com, Jakarta Anak marah itu biasa tapi ketika tidak terkendali hal itu bisa membuat khawatir orangtua.
Penting untuk mencari tahu apa penyebab kemarahan anak. Hal ini agar kita sebagai orangtua bisa menghindari dan membantunya mengontrol emosi. Berikut beberapa pemicunya seperti dilansir Kids Activity.
Baca Juga
1. Sangat lelah
Advertisement
Lelah bisa membuat mereka sangat rewel. Ketika sudah lelah ia jadi mudah menangis, mengamuk dan selalu ingin digendong. Sebenarnya ini bukan hanya terjadi pada balita tapi juga anak usia 7 hingga remaja 13 hingga 15 tahun.
Pada anak remaja, mereka butuh tidur yang berkualitas. Pertumbuhan otak, masa puber sangat menguras fisik dan emosinya. Saat kurang tidur, kelelahan, mereka bisa jadi sangat sensitif dan pemarah. Untuk itu pastikan anak-anak beristirahat dengan cukup dan berkualitas.
2. Tak bisa ungkapkan perasaan
Banyak orang tak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan dengan baik. Terutama anak-anak yang berkepribadian tertutup. Hal ini biasanya dialami anak remaja yang juga bingung dengan perasaannya.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
3. Kondisi Medis Bawaan
Beberapa anak memiliki kondisi medis bawaan yang membuatnya jadi sulit berkomunikasi. Pada gilirannya, karena komunikasi yang gagal mereka menjadi kesal dan sangat pemarah.
Misalnya pada anak yang mengalami keterlambatan bicara, autisme, tuli atau bisu. Bisa juga karena gangguan perkembangan. JIka kondisinya demikian segera lakukan pemeriksaan dan terapi rutin.
4. Tak diberi pilihan
Anak perlu didengar pendapatnya, apa yang ia suka dan tidak suka. Termasuk pakaian, makanan dan hal lainnya. Orangtua kerap selalu memberi perintah dan instruksi tanpa mendengar keinginan anak.
Misalnya, 'kakak pakai baju ini, lalu makan', 'segera gosok gigi, pakai sepatu'. Sesekali mintalah pendapat anak, seperti 'ingin sarapan apa?', 'adik mau pakai baju warna biru atau hijau?', atau 'nanti kita main apa ya?
5. Pelampiasan
Beberapa anak juga melampiaskan kemarahannya di tempat lain. Misalnya di sekolah ia mendapat perlakukan buruk dari temannya dan tak bisa membalas. Sesampainya di rumah, anak menjadi pemarah atau bahkan menyakiti saudaranya. Orangtua memang harus lebih peka membaca situasi saat emosi anak sedang tak stabil.
Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id
Advertisement