Ridwan Kamil Imbau agar Masyarakat Tak Termakan Hoaks Bencana

Imbauan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil agar masyarakat tidak termakan kabar hoaks seputar bencana.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Jul 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2019, 20:00 WIB
[Fimela] Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Adrian Putra/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta Kabar hoaks seringkali meluas saat bencana baik di media sosial maupun broadcast. Tak ayal, kabar hoaks yang belum tentu terbukti kebenarannya membuat masyarakat gelisah dan resah.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menanggapi soal adanya informasi simpang siur bencana, seperti pasca erupsi Gunung Tangkuban Parahu. Informasi yang tersebar memicu kepanikan masyarakat.

"Buat masyarakat, sebaiknya menahan diri, jangan menyebarkan informasi yang dramatis. Kita masing-masing memang punya media sosila. Kalau mau tahu lebih jelas, fokus mencari sumber informasi bencana dari akun resmi kebencanaan, bukan dari akun pribadi media sosial orang lain," ujar Kang Emil, sapaan akrabnya dalam tayangan video yang diperoleh Health Liputan6.com, Selasa (30/7/2019).

Dalam hal ini, Ridwan Kamil mengimbau, masyarakat selalu merujuk informasi pada lembaga yang resmi, seperti pemerintah daerah atau lembaga kebencanaan.

Hingga hari ini, Selasa (30/7/2019) Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu masih ditutup oleh pihak pengelola. Penutupan kawasan dititikberatkan pada aspek keselamatan manusia.

"Yang terbaik untuk semua orang soal bencana adalah keselamatan manusia," ujarnya.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Evaluasi Jalur Evakuasi

Gunung Tangkuban Parahu
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu terjadi sekitar pukul 15.48 Wib itu terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm (overscale) dan durasi ± 5 menit 30 detik. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Kang Emil juga menyampaikan, pihaknya akan mengevaluasi terkait jalur evakuasi dan sistem standard operating procedure (SOP) untuk mengantisipasi ancaman bahaya erupsi.

"Jalur evakuasi akan dievaluasi. Hari ini akan melihat secara langsung di lapangan. Jalur dan sistem SOP akan dibahas. Apabila sudah mendapatkan informasi lengkap akan dibahas esok," terangnya.

Menyoal berlakunya penutupan kawasan wisata sekitar Gunung Tangkuban Parahu, lanjut Kang Emil, pascaerupsi tersebut berpengaruh pada tiga dimensi, yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Dari sisi pedagang, Ridwan meminta mereka untuk menunggu berita dari pemerintah daerah setempat.

"Bagaimana yang terbaik untuk semua orang. Kita tunggu dari pemerintah," lanjutnya.

Pascaerupsi pada Jumat (26/7/2019), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan Gunung Tangkuban Parahu pada status Level I (Normal). Gunung dengan ketinggian 2.084 m dpl. Gunung yang mengalami erupsi terjadi sekitar pukul 15.48 Wib itu terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm (overscale) dan durasi ± 5 menit 30 detik.

Rekomendasi PVMBG

Suasana Gunung Tangkuban Perahu Sehari Setelah Erupsi
Abu letusan gunung berapi Tangkuban Perahu terlihat di Subang, Kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat (26/7/2019). Gunung Tangkuban Parahu meletus. Lontaran abu mencapai ketinggian sekitar 200 meter. (AFP Photo/Timur Matahari)

Dari kemarin (29/7/2019), hingga pagi ini (30/7/2019) visual gunung api terlihat jelas. Asap kawah utama diamati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal. Pada status tersebut PVMBG masih merekomendasikan beberapa poin sebagai berikut:

1. Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, dan pendaki tidak diperbolehkan mendekati Kawah Ratu dan Kawah Upas dengan radius 500 meter. Tidak diperbolehkan menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkuban Parahu.

2. Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu agar mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas gas vulkanik. Diimbau tidak berlama-lama berada di bibir kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.

3. Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya