Liputan6.com, Pekanbaru Keprihatinan para guru atas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan haru diungkapkan lewat puisi berjudul 'Halau Jerebu.' Kata ‘jerebu’ dalam bahasa Melayu berarti debu, asap atau partikel-partikel kecil yang mencemari udara sehingga langit menjadi kabur (kotor).
Puisi kebakaran hutan dibacakan Kepala SMK Kehutanan Negeri Pekanbaru Maryati. dalam Rapar Koordinasi (Rakor) Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau pada Sabtu (14/9/2019) di Gedung Pauh Janggi, Pekanbaru, Riau.
Advertisement
“Puisi ini diharapkan dapat menggugah para pejabat daerah dan pusat agar menggunakan kewenangannya untuk menyelesaikan bencana asap ini,” tutur Maryati, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (16/9/2019).
Isi puisi 'Halau Jerebu' mengusung keprihatinan dirinya dan para guru di SMK Kehutanan Negeri Pekanbaru yang saat ini masih menghirup pekatnya asap kebakaran hutan di wilayah Riau. Dampak kabut asap yang masih dirasakan hingga sekarang menyebabkan kegiatan belajar di sekolah dihentikan sementara waktu.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Isi Puisi Halau Jerebu
Berikut ini adalah puisi yang dibacakan Maryati pada 14 September 2019 yang menyuarakan keprihatian guru-guru SMK Kehutanan Negeri di Riau atas kebakaran hutan dan lahan di Riau.
Halau Jerebu
Empat koma lima juta daratan habis kau rayu
Muncul perkebunanan dan HTI di tanah melayu
Kau bangun kanal untuk mengelabuhiku
Lebih tiga meter kedalaman gambut kau buat abu-abu
Kanal kering kau bakar jadi abu
Di tanah melayu muncul jerebu-jerebu
Dua puluh dua tahun udah kotaku kau ganggu
Membuat asa dan hatiku pilu
Hilangkan musibah jerebu agar negeriku tampak ayu.
Buang jauh dariku satu koma delapan juta hektar sawit tak bermutu
Perkebunan dikubah gambut ubahlah fungsi menjadi hutanku
Hilangkan dosamu usir jerebu itu
Inilah langkahmu majulah jangan ragu
Jauh jauh jerebu
Advertisement
Usulan soal Lahan Gambut
Maryati membacakan puisi ‘Halau Jerebu’ di hadapan peserta rakor, yang dihadiri Gubernur Riau, Panglima TNI, Asops Kapolri, Dirjen Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pangdam Bukit Barisan, Kepala Pusat Meteo Publik BMKG, Satgas Karhutla Riau, bupati dan walikota seluruh Riau, tokoh masyarakat, perwakilan Lembaga Adat Riau, perwakilan perguruan tinggi dan sekolah, serta media massa.
Sebelum pindah ke Pekanbaru pada 2017, Maryati berasal dari Yogyakarta pernah lama tinggal di Kalimantan.
Ia pun mengusulkan kepada Gubernur Riau pada Rapat Koordinasi (rakor) Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau bahwa “Lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter agar dikonversi menjadi hutan."