Liputan6.com, Jakarta Studi terbaru mengungkap, aktivitas otak yang terlalu tinggi seiring bertambahnya umur dapat memperpendek usia. Temuan tersebut bertolak belakang dari apa yang selama ini dipercayai banyak orang, bahwa pikiran yang aktif di usia tua akan membantu otak tetap sehat dan sigap.
Hasil riset terbaru itu dimuat dalam jurnal Nature. Para peneliti menganalisis jaringan otak pascakematian. Mereka membandingkan jaringan otak para lansia yang berumur lebih dari 100 tahun dengan mereka yang meninggal di usia 60 dan 70-an tahun.
Baca Juga
Tim peneliti dari Harvard Medical School, Amerila Serikat menemukan, dibandingkan mereka yang hidup lebih lama, mereka yang meninggal di usia lebih muda memiliki kadar protein yang menghentikan aktivitas otak lebih rendah. Menurut beberapa studi terdahulu ,jenis protein RE1-Silencing Transcription (REST) bisa melindungi seseorang dari penyakit Alzheimer.
Advertisement
Menurut profesor bidang genetika dan neurologi dari Harvard Bruce Yanker, temuan tersebut memiliki konsekuensi yang lebih luas terkait fisiologi dan harapan hidup.
Percobaan pada tikus dan cacing
Melansir laman New York Post, saat ini Yanker tengah meneliti bagaimana obat-obatan yang membidik protein bisa mengobati penyakit seperti Alzheimer atau penuaan itu sendiri. Tetapi, para ilmuwan masih belum tahu pasti bagaimana kaitannya dengan harapan hidup.
Guna lebih memahami keterkaitan itu, para peneliti menggunakan tikus dan cacing karena saat ini belum memungkinkan melakukan uji coba pengukuran REST pada manusia hidup.
Advertisement