Ini Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Bagi Para Calon Menteri Jokowi

Dokter Ari Fahrial Syam juga mengungkapkan ada beberapa kondisi yang hanya bisa diketahui lewat pemeriksaan kesehatan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Okt 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2019, 08:00 WIB
Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla berfoto bersama menteri kabinet pemerintahan periode 2014-2019.
Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla berfoto bersama menteri kabinet pemerintahan periode 2014-2019. (Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Menjadi seorang menteri tentu bukan tugas yang gampang. Maka dari itu, akademisi menyarankan Presiden Joko Widodo untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi calon menteri yang akan ia pilih di periode keduanya menjabat.

Dokter Ari Fahrial Syam mengungkapkan bahwa dengan tingkat stres yang tinggi, berbagai risiko penyakit juga bisa dialami oleh para menteri. Beberapa penyakit kronis yang mungkin dialami juga bisa kambuh bahkan tak terkendali.

"Pada periode pemerintahan SBY sebelumnya, kita melihat bahwa para menteri baru yang tidak siap secara fisik dan mental mengalami jatuh sakit baik mengalami serangan jantung ataupun stroke," kata Ari pada Health Liputan6.com, ditulis Senin (21/10/2019).

Ari menjelaskan bahwa ada beberapa penyakit yang hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan lain seperti rontgen atau USG.

"Kadar gula darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi pada awalnya hanya diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Tekanan darah yang tinggi pun diketahui hanya dengan pemeriksaan tekanan darah," kata Ari.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Kondisi yang Harus Diwaspadai

Momen Perpisahan Jokowi dan Kabinet Kerja Jilid I
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla bersiap untuk foto bersama dengan sejumlah Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019 saat acara perpisahan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (18/10/2019). (Istimewa)

Ari menambahkan, serangan jantung dan stroke menjadi salah satu masalah yang paling sering dialami oleh para eksekutif termasuk menteri maupun pejabat eselon 1.

"Penyakit yang mematikan ini sebenarnya tidak terjadi dengan sendirinya. Kejadian serangan jantung dan stroke berhubungan dengan berbagai faktor risiko yang terjadinya tidak dengan sendirinya," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Selain itu, faktor risiko yang harus diwaspadai antara lain kadar gula darah, kolestrol tinggi, obesitas, stres, serta perilaku merokok.

Sementara untuk perempuan, pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit seperti kanker payudara atau serviks. "Adanya kelainan yang ditemukan belum tentu menggugurkan seseorang menjadi menteri, tapi paling tidak, deteksi adanya kelainan yang diketahui lebih awal pada calon menteri akan lebih baik untuk upaya pencegahan dan terapi awal."

Ari berharap agar para menteri yang dipilih nantinya bukan hanya profesional dan kompeten, namun juga sehat secara fisik dan mental.

"Jangan sampai para menteri jatuh sakit di tengah perjalanan dengan tugas maha berat ini," kata Ari menegaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya