Fakta di Balik Bau Hujan yang Khas

Pernahkah kamu mencermati air hujan yang membasahi tanah menguarkan aroma khas yang menenangkan?

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 04 Nov 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2019, 07:00 WIB
20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Hujan sudah mulai turun di sebagian wilayah Indonesia. Pernahkah kamu mencermati air hujan yang membasahi tanah menguarkan aroma khas yang menenangkan?

Aroma air hujan yang berpadu dengan tanah itu dikenal dengan sebutan petrichor. Bau khas itu muncul ketika senyawa kimia tertentu dari air hujan hinggap ke tanah.

Melansir laman Reader's Digest, bakteri di tanah yang disebut Streptomyces mengeluarkan molekul geosmin. Ketika air hujan membasahi tanah, butiran air tersebut mengunci gelembung udara yang mengandung geosmin.

Gelembung tersebut kemudian bergerak melalui titik-titik air hujan lalu kemudian pecah sebagai aerosol, bahkan partikel terkecilnya menyebar lelalui udara. Ketika geosmin jatuh ke tanah dan ke udara, saat itulah kita bisa menangkap aroma khas tersebut. Petrichor, bau hujan!

 

Kombinasi minyak tumbuhan

Indra penciuman manusia memang sangat sensitif terhadap aroma petrichor. Bahkan, menurut Smithsonian Magazine, beberapa orang bisa menbaui aroma tersebut meski aromanya sangat samar.

"Banyak hewan yang sensitif (terhadap bau hujan) , tapi manusialah yang paling sensitif akan hal itu," ujar Prof Mark Buttner, kepala bidang mikrobiologi molekular di John Innes Centre, mengutip dari laman BBC. 

 

Kombinasi minyak tumbuhan

Faktor lain penyebab munculnya petrichor adalah kombinasi minyak tumbuhan. Peneliti Australia Isabel Joy Bear dan R.G. Thomas yang mempopulerkan sebutan petrichor sejak 1964 menemukan, beberapa tanaman memproduksi minyak saat musim kering. Ketika pada akhirnya hujan turun, minyak-minyak yang telah terkumpul dilepaskan ke udara dengan cara yang sama dengan pelepasan geosmin.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya