Orangtua Kerap Bertengkar, Kinerja Otak Anak Terhambat

Anak dengan orangtua sering bertengkar dapat mengalami gangguan psikis dan emosional.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Nov 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi Telinga Anak (iStockphoto)
Anak yang sering mendengar pertengkaran orangtua punya risiko alami gangguan psikis. (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Anak yang sering mendengar orangtuanya bertengkar dapat mengalami gangguan psikis dan emosional. Anak yang tumbuh di lingkungan yang dipenuhi pertengkaran ternyata  kemampuannya dalam memecahkan masalah cenderung lebih lambat dari teman-teman seusianya.

Dilansir dari Live Science, penelitian yang dirilis dalam jurnal Child Development mencari tahu efek stres terhadap kinerja kognitif pada anak. 

“Kami berusaha memahami bagaimana stres lingkungan dapat membentuk pengembangan sistem respon stres pada anak-anak, “ kata Benjamin Hinnant dari Amerika.

Dalam studi ini, peneliti mengikuti siswa kelas dua dan tiga selama tiga tahun. Lalu, partisipan ditanyai tentang pertengkaran orangtua kemudian mengukur perubahan kemampuan pada anak-anak dalam mengatasi stres.

Peneliti yang melakukan penelitian ini melakukan pengukuran stres dengan metode  pernapasan sinus arrhythmia (RSA). RSA adalah pola yang menjaga nafas dan detak jantung selaras satu sama lain yang dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatis.

Pada saat stres, sistem saraf parasimpatis yang menenangkan jadi kurang dominan dan mulai memicu respons fight or flight, yang membuat pupil melebar, kelenjar keringat beraksi, pembuluh darah mengerut, dan detak jantung bertambah cepat.

“Ketika aktivitas sistem saraf parasimpatis menurun karena alasan apapun, maka dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku psikologis yang negatif,” ucap Hinnant.

Selain itu, para peneliti menggunakan elektokardiograf (EKG) elektroda untuk mengukur detak jantung anak-anak untuk mengetahui seberapa cepat mereka menghirup dan mengembuskan napas. Pengukuran detak jantung memungkinkan peneliti untuk menghitung RSA.

 

Penulis: Winda Nelfira

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya