Liputan6.com, Jakarta Peserta Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan mencapai 221.203.615 orang (per September 2019). Meski begitu, ada banyak tantangan yang dihadapi JKN di usianya yang masih muda itu, seperti disampaikan SMERU Research Institue.
Menurut Direktur The SMERU Research Institute, Widjajanti Isdijoso, salah satu tantangan dari JKN-KIS adalah masih rendahnya kepesertaan dari kalangan kelas menengah.
Baca Juga
"Salah satu penelitian SMERU (hasilnya memperlihatkan) pendaftaran melalui online itu membantu meningkatkan (jumlah kepesertaan) tapi cuma sedikit. Jadi, kita lihat kemauan untuk menjadi peserta itu suatu tantangan," kata Widjajanti di konferensi pers Asia Pacific Future Trends Forum ke-12 di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta pada Kamis, 21 November 2019.
Advertisement
Selain itu, SMERU juga merinci bahwa dari sejumlah kategori kepesertaan JKN-KIS, peserta kelas menengah yang masuk ke dalam Peserta Mandiri Bukan Penerima Upah jumlahnya jauh lebih sedikit dari Penerima Bantuan Iuran. Setidaknya kurang 30 persen.
Â
Pemanfaatan Big Data
Oleh sebab itu, SMERU tengah memutar otak mencari cara guna menciptakan insentif untuk pembayaran iuran regular dan bertanggung jawab.
"Karena masih banyak perilaku yang membayar iuran ketika mereka butuh saja," ujarnya.
Berbagai terobosan pun terus dilakukan sampai menemukan skema yang pas.
Menurut Widjajanti, dengan sistem JKN yang besar seperti Indonesia, pemanfaatan big data menjadi sangat penting untuk memonitor dan meningkatkan pelayanan.
"Dan tentunya ekosistem yang besar seperti JKN ini memerlukan platform teknologi digital yang andal untuk memastikan akurasi analisa yang dihasilkan," katanya.
Advertisement