Liputan6.com, Jakarta Reckitt Benckiser (RB) sebuah perusahaan terkemuka untuk merek produk perlengkapan rumah tangga, perawatan kesehatan dan pribadi, melalui merek kontrasepsinya, Durex, hari Kamis (21/11) meluncurkan hasil survei perdananya terkait komunikasi kesehatan reproduksi dan edukasi seksual pada tiga profil konsumen yakni anak muda, orang tua, dan pasangan menikah.
Acara peluncuran ini digelar untuk menyambut Hari AIDS Sedunia yang diperingati 1 Desember mendatang bersama sejumlah pemangku kepentingan seperti Kementerian Kesehatan, Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSlMSI), dan beberapa LSM.
Baca Juga
Survei konsumen melibatkan JAKPAT di lima kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta dengan total 1.500 responden yang dari beragam kalangan. Hasil survei mengindikasikan bahwa terdapat aspek tabu dan stigma yang masih menjadi tantangan terbesar di kalangan tiga profil konsumen saat membicarakan kesehatan reproduksi dan edukasi seksual.
Advertisement
Hasilnya ditemukan sejumlah miskonsepsi dan stigma negatif infeksi menular seksual (IMS) khususnya HIV/AIDS, di antaranya:
- 3 dari 10 anak muda percaya bahwa interaksi dalam kegiatan sehari-hari bersama ODHA dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS
- Lebih dari 50% responden anak muda, orang tua, dan pasangan menikah percaya bahwa berciuman mampu menularkan penyakit HIV/AIDS.
Berdasarkan hasil survei, beberapa topik yang jarang didiskusikan oleh ketiga profil konsumen meliputi:
- Topik pernikahan di bawah 20 tahun termasuk risiko kesehatannya hanya dibicarakan oleh 38% responden remaja dan 20% responden orang tua.
- Adanya tantangan komunikasi antara orang tua dengan anak yang diperlihatkan oleh 61% responden anak muda takut merasa dihakimi oleh orang tua, sedangkan 59% orang tua merasa khawatirjika mendiskusikan edukasi seksual seolah mengajarkan hubungan seks pra-nikah.
- Topik penyakit menular seksual termasuk cara pencegahannya hanya dibicarakan oleh 35% responden pasangan menikah.
Selain itu, dari hasil survei ditemukan bahwa;
- Pada responden anak muda, aktivitas seksual berisiko ditemukan pada kelompok usia 18-20 tahun dengan kemungkinan tertular penyakit menular seksual sebesar 50:50.
- Pada responden orang tua, terdapat 65% responden yang menjadikan pengalaman pribadi sebagai referensi yang memungkinkan miskonsepsi antar generasi.
- Pada responden pasangan menikah, ditemukan adanya permasalahan isu transparansi antara pasangan yang bermanfaat untuk memutus rantai PMS. 66% pergi ke dokter tanpa memberi tahu pasangan dan hanya 21% pergi ke dokter dan memberi tahu pasangan.
Dalam hal terkait dengan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2019, hasil survei juga mendukung tema yang telah diputuskan oleh Kementerian Kesehatan, “Bersama Masyarakat Meraih Sukses" untuk menghilangkan stigma dan mengontrol penyebaran HlV/AIDS di Indonesia.
“Apresiasi saya sampaikan kepada Direksi dan segenap jajaran Reckitt Benckiser Indonesia atas langkah dan upayanya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan reproduksi melalui edukasi seksual bagi konsumen lndonesia. Momentum yang dipilih juga sangat tepat, karena sekitar 2 minggu lagi kita akan memperingati Hari AIDS Sedunia pada tanggal 1 Desember 2019." ujar dr. Anung Sugihantono, M.Kes, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Republik lndonesia. Lebih lanjut ia mengharapkan bahwa inisiatif ini akan memiliki keberlanjutan jangka panjang.
Bersamaan dengan peluncuran hasil survei lengkap ini, Durex RB lndonesia juga menyedikan kampanye Corporate Social Responsibility (CSR) yang bertujuan untuk menormalisasi perbincangan seksual dalam konteks ilmiah namun tetap ringan, bernama Eduka5eks, 5 langkah mudah memahami pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi bersama Durex Indonesia.
"Memahami situasi ini kami mendorong konsumen Indonesia untuk menormalisasi komunikasi kesehatan reproduksi dan edukasi seksual antara anak muda dengan orang tua serta pasangan menikah. Karena profil ketiganya saling berhubungan satu sama lain dan mampu memberikan dampak signifikan terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit menular seksual, khususnya HlV/AIDS yang masih menjadi permasalahan pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu, kami menyediakan Eduka5eks untuk menyediakan informasi yang kredibel sekaligus membawa perbincangan seksual dalam konteks ilmiah namun tetap ringan," ujar Srinivasan Appan, General Manager Reckitt Benckiser Indonesia.
dr. Helena Rahayu Wonoadi, Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia mengatakan dalam Eduka5eks terdapat lima langkah, yang setiap langkahnya memberikan rekomendasi yang jelas bagi anak muda, orang tua, dan pasangan menikah. Lima langkah tersebut meliputi:
1. Ayo Pahami : Sikap terbuka untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi
2. Mari Bicara : Berani untuk memulai percakapan
3. Saling Menghargai : Menghargai pendapat dan keputusan orang lain
4. Selalu Bertanggung jawab : Bertanggung jawab atas diri sendiri, pasangan kita, dan keluarga kita
5. Pemeriksaan Kesehatan : Mulai melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
"Sebagai komitmen perusahaan untuk melakukan edukasi yang komprehensif, Durex juga meluncurkan website durex.co.id/Eduka5eks yang dapat di akses semua kalangan masyarakat. Kami juga memberikan edukasi melalui video berseri mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan edukasi seksual bagi anak-anak remaja maupun orang tua," ujar dr. Helena Rahayu.
dr. Hanny Nilasari, SpKK, Ketua Umum Kelompok Studi lnfeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI) yang hadir dalam peluncuran survei menyebutkan bahwa stigma mengenai infeksi menular seksual dan HIV.AIDS yang perlu diluruskan.
"IMS (infeksi menular seksual) adalah salah satu pintu masuk penularan HlV/AIDS. Selama ini usaha pencegahan telah dilakukan melalui kampanye dan edukasi pada populasi sehat terutama pada remaja. Menahan diri untuk tidak berisiko IMS merupakan hal wajib yang perlu digaungkan, agar bangsa Indonesia sehat dan menghasilkan generasi yang kuat. Mari beraksi cegah IMS mulai dari sekarang. Stigma bahwa HIV mudah menular juga perlu diluruskan, jauhi penyakitnya bukan penderitanya," ujar dr. Hanny Nilasari.
Psikolog, Inez Kristanti mengapresiasi kehadiran Eduka5eks yang diluncurkan Reckitt Benckiser (RB) Indonesia. "Ini (Eduka5eks) sangat membantu. Selama berhadapan langsung dengan anak-anak muda baik melalui social media maupun praktek banyak sekali pertanyaan-pertanyaan seksualistas. Kehadiran Eduka5eks dari program Durex ini informasinya mudah dicerna. Informasi edukasi seks dikemas dengan ringan yang mudah diterima masyarakat," ujar Inez Kristanti.
Reckitt Benckiser (RB) Indonesia melalui Durex Program akan melanjutkan kegiatan pemberdayaan generasi muda di awal tahun 2020 dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan seperti pemerintah, asosiasi tenaga medis, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
“Kami akan berkolaborasi dengan beragam pemangku kepentingan terkait untuk membangun koalisi dalam kegiatan pemilihan duta mahasiswa dan tur di beberapa kampus guna menyelesaikan tantangan komunikasi kesehatan dan edukasi seksual di lingkungan sekitar anak muda. Bagi mahasiswa terpilih, kami akan menyediakan hadiah beasiswa," ujar dr. Helena Rahayu.
Selain itu, Durex juga mendorong konsumen untuk secara proaktif berkonsultasi dan berpartisipasi dalam kampanye tersebut di media sosial dengan tagar #EnaknyaDiobrolin. Untuk informasi lebih lanjut tentang Eduka5eks kunjungi http://durex.co.id/Eduka5eks
(*)