Studi: Produk Kecantikan Mengandung Bakteri Berbahaya

Jutaan orang di seluruh dunia menggunakan riasan untuk mengeskspesikan kepribadian mereka. Namun, merias wajah di kamar mandi, toilet umum, dan dalam perjalanan seperti di mobil, kereta api, dan pesawat dapat membuat produk dan alat kecantikan memiliki banyak pelua

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Des 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2019, 07:00 WIB
Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Jutaan orang di seluruh dunia menggunakan riasan untuk mengeskspesikan kepribadian mereka. Namun, merias wajah di kamar mandi, toilet umum, dan dalam perjalanan seperti di mobil, kereta api, dan pesawat dapat membuat produk dan alat kecantikan memiliki banyak peluang terpapar bakteri berbahaya.

Seperti yang dilansir dalam laman Medicalnewstoday, data terakhir per Mei 2017 menunjukkan bahwa 31 persen orang usia 18-19 tahun, 41 persen orang usia 30-59 tahun, dan 35 persen usia 60 tahun keatas memakai riasan setiap harinya di Amerika Serikat.

Dengan banyaknya konsumen di berbagai kalangan usia, hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan produk kecantikan adalah dengan mengetahui tanggal kadaluarsa. Semua produk kecantikan memiliki masa simpan yang mengacu pada periode waktu produksi dan kadaluarsanya. Tanggal kaldaluarsa ini berbeda dari satu produk ke produk lainnya.

Penggunaan makeup yang tidak tepat-- seperti menggosok eyeshadow dengan jari yang tidak bersih dapat memengaruhinya juga.

Produk kecantikan yang tidak bersih dan sudah kaldaluarsa dapat mengandung bakteri yang berpotensi berbahaya, seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Bakteri staphylococcus aureus saja, misalnya. Infeksi ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, termasuk sepsis -- peradangan. Bakteri ini resisten terhadap antibiotik sehingga sangat berbahaya. Namun, para peneliti menemukan bahwa bakteri probiotik dapat menghancurkan superbug ini.

Simak Video Pilihan Berikut:

Studi Baru

Produk kecantikan
Ilustrasi gerai produk kosmetik (iStockphoto)

Sebuah studi baru dari Fakultas Ilmu Kehidupan dan Kesehatan Universitas Aston di Birmingham, Inggris menjelaskan bahwa bakteri berbahaya hadir dalam 70 sampai 90 persen produk kecantikan dan aplikator kosmetik.

Dalam studinya pada temuan yang muncul dalam Journal of Applied Microbiology, Amreen Bashir, Ph.D., dan Prof. Peter Lambert menganalisis sampel dari 467 produk kecantikan yang telah disumbangkan oleh pengguna di Inggris. Produk ini menyangkut 96 lipstik, 92 eyeliner, 93 maskara, 107 lipgloss, dan 79 beauty blender.

"Sebagian besar kontaminasi yang ditemukan adalah staphylococci / micrococci. Enterobacteriaceae juga terdeteksi pada semua jenis produk dengan prevalensi tinggi pada kandungan pencampur kecantikan (26,58%)," tulis para peneliti dalam makalah studi mereka.

Bakteri tersebut merupakan bakteri yang terkait dengan infeksi kulit, keracunan makanan, dan infeksi saluran kemih.

Beauty blender memiliki tingkat kontaminasi jamur tertinggi, yaitu 56,96 persen. Para peneliti mengatakan bahwa hal ini dikarenakan dalam menggunakan spons, pengguna harus membasahi spons untuk dapat merias wajah. Dengan permukaan spons yang lembab berarti sama saja menyediakan lahan subur bagi jamur.

Selain itu, beberapa muatan kontaminasi bakteri tertinggi - terutama Enterobacteriaceae - juga terdapat dalam lip gloss, sementara lipstik menunjukkan tingkat kontaminasi terendah.

Untuk menanggulangi masalah ini, Uni Eropa memberlakukan aturan bahwa semua produk rias yang dijual di sana harus menampilkan informasi umur simpan. Walaupun begitu, hal yang sama tidak berlaku di Amerika Serikat.

Food and Drug Administration (FDA) mengatakan, "di sini tidak ada undang-undang atau peraturan yang membutuhkan kosmetik -- termasuk makeup untuk memiliki masa simpan tertentu atau memiliki tanggal kedaluwarsa pada label mereka."

 

Penulis : Lorenza Ferary

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya