Liputan6.com, Bekasi Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyampaikan arahan khusus terkait pengembangan obat fitofarmaka di industri farmasi Indonesia. Salah satunya fokus dalam pengembangan obat fitofarmaka pada penyakit yang banyak ada di Indonesia.
"Tadi waktu saya diskusi dengan Dexa Group, sebaiknya fokus dulu pada penyakit apa yang paling banyak di Indonesia," kata Bambang usai berkunjung ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group, Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (8/1/2020).
Baca Juga
Penyakit yang paling banyak di Indonesia, kata Bambang, berarti memiliki kebutuhan obat yang yang tinggi. Selanjutnya, bisa dilakukan penelitian tentang potensi obat fitofarmaka mana yang bisa mengobati atau membantu mengurangi keluhan penyakit tersebut.
Advertisement
Dengan melihat penyakit terbanyak yang diderita penduduk Indonesia, hal itu akan membuat industri farmasi fokus memproduksi obat fitofarmaka tersebut. Bambang mencontohkan, obat fitofarmaka untuk mengobati atau mengontrol diabetes dapat lebih dikembangkan.
"Jadi, kita lebih fokus (memproduksi obat fitofarmaka apa), tidak harus semuanya. Dilihat dulu penyakit risikonya yang bagaimana, apakah kardiovaskular atau menular gitu? Penyakit yang paling besar menjadi penyebab kematian, kita fokus ke situ dulu. Diabetes, misalnya," Bambang menambahkan.
Tentang Obat Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah melalui tahapan uji praklinis (pada hewan uji) dan uji klinis (pada manusia). Bahan baku dan produk jadinya distandardisasi.
Obat tradisional golongan fitofarmaka memiliki penandaan berupa logo jari-jari daun membentuk bintang. Penanda ini terletak dalam lingkaran dengan tulisan fitofarmaka.
Advertisement