Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Para Pekerja Seks Cina Merasa Didiskriminasi karena Virus Corona

Sejak merebaknya virus corona di seluruh dunia, pada pekerja seks Cina mengaku bahwa mereka didiskriminasi karena virus corona, dan memilih berbohong mengenai profil mereka sehingga mereka mendapatkan lebih banyak pekerjaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2020, 23:59 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 23:59 WIB
20160209-Ilustrasi-PSK-iStockphoto
Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PSK). (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak merebaknya virus corona di seluruh dunia, pada pekerja seks Cina mengaku bahwa mereka didiskriminasi karena virus corona, dan memilih berbohong mengenai profil mereka sehingga mereka mendapatkan lebih banyak pekerjaan.

Para pekerja seks Cina di Selandia Baru ini memilih untuk mengubah kewarganegaraan mereka menjadi orang Asia dalam iklan seks online dengan mengurangi tarifnya, yang semula dari $ 180, atau sekitar 2,5 juta menjadi $ 90, atau sekitar 1,3 juta.

Meskipun begitu, para wanita itu mengaku telah kehilangan lebih dari 50 persen bisnisnya sejak wabah virus corona.

Dilansir dari laman Daily Mail, salah seorang pekerja seks Cina secara anonim mengatakan kepada NZ Herald bahwa dia juga memangkas tarifnya di samping mengubah kewarganegaraannya dalam iklan seks online. Pekerja seks Cina, yang mengiklankan diri di newzealandgirls.co.nz mengatakan bahwa bisnisnya tidak pernah seburuk ini dari sebelumnya.

Orang-orang menolak untuk membayar jasanya meskipun dia adalah warga negara Selandia Baru yang belum kembali ke China selama delapan tahun.

 

Simak Video Menarik Berikut:

Harus memperhatikan pelanggan

Ilustrasi menolak seks (iStock)
Ilustrasi menolak seks (iStock)

Dia mengatakan pelanggannya melihatnya sebagai orang yang tidak berbeda dengan seseorang yang baru saja tiba dari Wuhan.

"Saya tidak menyebutkan bahwa saya orang Tionghoa, dan saya menawarkan diskon besar, tetapi klien menghindari kami seperti kami adalah virus," kata pekerja seks itu. 

Aktivis pekerja seks Dame Catherine Healy mengatakan saat ini adalah 'waktu yang mengkhawatirkan' bagi para pekerja seks. "Kami prihatin dengan kemampuan orang menghindari virus ini dan bertahan secara finansial," kata Healy.  

Tidak ada larangan melakukan seks oleh WHO, namun The New Zealand Prostitutes Collective memperingatkan pekerja seks untuk mengikuti tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Kementerian dan Organisasi Kesehatan Dunia. 

Pekerja seks Selandia Baru Lisa Lewis mengatakan dia harus memperhatikan pelanggan jika mereka memiliki gejala pilek atau flu. Dia juga meminta mereka menggunakan pembersih tangan setiap memegang uang. 

"Aku merasa mungkin mereka didiskriminasi yang tidak baik," katanya. 

 

Penulis: Lorenza Ferary

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya