Kata Psikolog Soal Workaholic

Anda tentu sering mendengar istilah workaholic, yang digunakan bagi pekerja yang ‘gila bekerja’. Tapi, apa memang ini bagian dari kecanduan?

oleh Melly Febrida diperbarui 09 Feb 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2020, 07:00 WIB
workaholic
Ilustras./Copyright unsplash.com/linkedin sales navigator

Liputan6.com, Jakarta Anda tentu sering mendengar istilah workaholic, yang digunakan bagi pekerja yang ‘gila bekerja’. Tapi, apa memang ini bagian dari kecanduan?

Beberapa orang menyukai pekerjaannya, beberapa orang mencintai pekerjaan dan beberapa orang tidak tahu bagaimana hidup tanpa bekerja.

Kalau melihat secara psikologis, menjadi seorang yang workaholic tidak selalu tidak sehat.

Dalam sebuah makalah 2012 tentang Human Resource Management Review disebutkan ada dua jenis workaholic alias pecandu kerja. Pertama Heavy Work Investor (HWI), maksudnya eseorang yang bekerja keras karena mereka harus. Dan kedua disposisi HWI, yakni seseorang yang seharusnya tidak melakukan pekerjaan itu di dalam hidup mereka, tetapi tetap melakukannya.

“Ini berguna untuk mempertimbangkan di mana Anda cocok. Untuk orang-orang yang disposisi HWI mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan ketika datang ke pensiun,” Kenneth S Shultz, Phd, seorang profesor psikologi di Department of Psychology di California State University dalam buku Happy Retirement: The Psychology of Reinvention.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Apa termasuk kecanduan?

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Lantas, apakah orang yang sibuk terus dengan pekerjaannya disebut workaholic? Menurut Peneliti Israel Rapael Snir dan Itzhak Harpaz, tidak seperti itu. Mereka berpendapat bahwa ini dalam area abu-abu tergantung area dan tempramen.

Sementara Profesor psikologi Peter Cohen mengatakan sebenarnya kata kecanduan kurang tepat dalam pekerjaan. Yang lebih akurat itu bonding alias ikatan.

“Dalam kehidupan yang sehat, kita terikat dengan orang-orang di sekitar kita: di situlah kita mendapatkan penghargaan psikologis kita,” kata Cohen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya