Diperkirakan Menurun, Bisakah Kasus COVID-19 Hilang Tuntas?

Epidemi COVID-19 diperkirakan akan menurun. Benarkah pernyataan asal pakar Tiongkok ini bisa terjadi?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 13 Feb 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2020, 14:00 WIB
Lawan Virus Corona, China Kebut Produksi Masker N95
Pekerja mengecek kualitas masker kesehatan N95 di ruang kerja perusahaan produsen masker di Shenyang, China, 8 Februari 2020. Selama beberapa hari, perusahaan itu berjanji akan terus bekerja hingga 20 jam per hari untuk memastikan output harian masker N95 mencapai 20.000 lebih. (Xinhua/Yao Jianfeng)

Liputan6.com, Jakarta Meski masih membuat was-was warga dunia, namun pakar mengharapkan bahwa jumlah kasus COVID-19 akan menurun dan tidak lama lagi akan berakhir.

"Saya berharap wabah atau peristiwa ini bisa berakhir pada bulan April," kata Zhong Nanshan yang merupakan ahli epidemiologi dari Tiongkok seperti dikutip dari The Star pada Kamis (13/2/2020).

Selain itu, Nanshan sebelumnya mengatakan bahwa kemungkinan bahwa kasus COVID-19 akan mencapai puncaknya pada bulan Februari ini.

"Kami kira, waktu puncak mungkin tercapai pada pertengahan atau akhir bulan ini, Februari lalu kemudian menetap sedikit atau semacamnya, kemudian menurun," ujarnya seperti dikutip dari Straits Times.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Epidemi Penyakit Akut Umumnya Akan Menurun

Banner Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Sumber Foto: John Hopkins University CSSE)
Banner Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Sumber Foto: John Hopkins University CSSE)

Walaupun begitu, dikutip dari Euronews, Michael Ryan, kepala dari departemen kedaruratan kesehatan World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk memprediksikan kapan awal, pertengahan, hingga akhir dari epidemi ini.

Peneliti Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof. David H. Muljono mengatakan, grafik epidemi suatu penyakit akut pada umumnya memang akan menurun di suatu waktu.

"Banyak kena mungkin banyak yang meninggal tapi setelah itu menghilang. Beda dengan penyakit kronis," kata David dalam seminar awam di LBM Eijkman, Jakarta pada Rabu kemarin.

Terkait Juga dengan Peningkatan Kewaspadaan

Covid-19 Jadi Nama Penganti Virus Corona
Petugas laboratorium membantu rekannya melepaskan pakaian pelindung di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning timur laut China, Rabu (12/2/2020). Per hari ini, Rabu (12/2) tercatat korban meninggal dunia akibat virus corona di China tercatat mencapai 1.110. (STR/AFP)

Menurut David, berkurangnya kasus COVID-19 kemungkinan juga bisa terjadi karena meningkatnya kewaspadaan masyarakat serta berbagai pencegahan yang dilakukan oleh banyak negara.

"Karena banyak yang meninggal, sumbernya hilang, atau orang jadi takut lalu setop," kata David.

David menambahkan, ada banyak hal yang kemungkinan bisa membuat COVID-19 akan menghilang. Salah satu kemungkinannya juga terkait musim dan kewaspadaan masyarakat.

"Terutama ya kesehatan orang meningkat, orang lebih berhati-hati. Jadi ini multi-faktor. Mudah-mudahan ini hilang karena itulah sifat penyakit akut," kata David. "Kalau akut cepat tumbuh lalu orang panik atau sibuk mengatasi ya seperti itu."

Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa jumlah kasus baru yang dikonfirmasi di Tiongkok cukup stabil selama seminggu terakhir.

"Namun itu harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati. Wabah ini masih bisa mengarah ke segala arah," kata Tedros.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya