Liputan6.com, Singkawang - Menurunkan angka kematian ibu dan anak menjadi tugas berat yang harus diselesaikan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Oleh sebab itu, saat memberikan kuliah umum di Politeknik Kesehatan Pontianak, Jurusan Keperawatan Singkawang, Kalimantan Barat pada Senin (16/2/2020), Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengimbau para mahasiswa dan mahasiswi di sana untuk mengampanyekan identifikasi penyebab tidak langsung dari kematian ibu.
Baca Juga
Ada dua kunci yang mereka harus ingat, yaitu "Empat Terlalu dan Tiga Terlambat". Empat terlalu itu terdiri dari terlalu muda kawinnya, terlalu tua melahirkannya, terlalu sering melahirkan, dan terlalu banyak anaknya.
Advertisement
"Kalau bisa dua anak cukup. Karena dua anak lebih sehat. Jangan sebentar-sebentar melahirkan, melahirkan belum selesai, sudah melahirkan lagi," kata Hasto Wardoyo.
Jangan Menikah Dini
Menurut Hasto, yang juga seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan, ketika seorang wanita hamil di jarak yang terlalu dekat, setelah anak kedua berisiko tinggi mengalami stunting, dan risiko kematian ibu dan kematian bayi juga tinggi.
Sementara itu, tiga terlambat yang dimaksud Hasto Wardoyo adalah terlambat memutuskan, terlambat membawa ke rumah sakit, dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
"Terlalu dini menikah, jelas tidak baik. Akan banyak masalah. Tidak hanya masalah biologis, tapi sosial ekonomis juga jadi masalah. Sehingga, saya berharap adik-adik berkampanye jangan menikah dini," ujarnya.
Mantan orang nomor satu di Kulon Progo, DI Yogyakarta, pun berharap remaja di Indonesia tidak terpikirkan untuk menikah dini, apalagi sampai kawin di luar nikah.
"Sesuai dengan salam GenRe (Generasi Berencana), tidak ada nikah dini, tidak ada kawin di luar nikah, dan tidak ada nafza," katanya.
Advertisement
Manusia Unggul Manusia Pemenang
Manusia, kata Hasto, diciptakan Tuhan sebagai pemenang. "Minimal ada 20 juta sperma yang masuk. Dari berjuta-juta yang masuk, yang jadi cuma satu. Maka adik-adik sekalian adalah pemenang," kata Hasto Wardoyo.
Jadi, tidak alasan bagi para mahasiswa untuk tidak menyelesaikan kuliahnya. "Anda itu adalah satu dari 20 juta. Kalau bupati atau walikota seperti saya, paling satu dari empat atau satu dari dua. Andalah pemenang sejati. We are the winner," Hasto menekankan.
Menurut Hasto, Tuhan menciptakan sperma sedemikian rapi. Begitu satu sperma berhasil masuk, 19.999.999 lainnya bertepuk tangan di luar.
"Tapi kalau wali kota, satu jadi, lainnya ngerecokin. Bupati juga, satu jadi, yang lain goyang-goyang. Tapi sperma tidak begitu," katanya.
Sperma yang masuk adalah sperma berkualitas, yang geraknya lurus dan cepat, sehingga terciptalah generasi yang unggul.
"Itulah kualitas yang bagus, yang akhirnya menjadikan generasi yang unggul," kata dia.