Cek Fakta Kesehatan: Benarkah Asap Rokok Bisa Membunuh Virus Corona?

Benarkah asap rokok mampu membunuh virus corona karena kehangatannya?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 14 Mar 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi rokok.
Ilustrasi rokok. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak mitos dan hoaks seputar bagaimana suatu benda bisa membunuh virus corona penyebab COVID-19. Salah satu yang baru-baru ini beredar adalah soal asap rokok.

Health Liputan6.com baru-baru ini menemukan sebuah unggahan di Facebook yang mengklaim bahwa asap rokok mampu membunuh virus corona.

"Virus corona tidak menyerang orang yang merokok karena komposisi tembakau dan cengkeh itu bisa menolak penyerangannya .asap rokok ampuh untuk membunuhnya," tulis seorang pengguna akun Facebook dalam unggahan tersebut.

Klaim semacam itu dibantah oleh dokter spesialis paru Feni Fitriani, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

"Ada yang memelintir, 'gak apa-apa merokok, virusnya bisa mati karena virusnya tidak tahan panas,'" kata Feni dalam temu media di kantor Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta pada Jumat (13/3/2020).

"Itu tidak benar kalau mengatakan bahwa merokok malah melindungi," Feni menambahkan. Bahkan, menjadi perokok sesungguhnya membuat seseorang lebih mudah menjadi sakit. Bukan hanya virus corona namun juga penyakit lainnya seperti kanker paru.

Klaim asap rokok ampun membunuh virus corona (Tangkapan Layar Facebook)
Klaim asap rokok ampun membunuh virus corona (Tangkapan Layar Facebook)

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Jadi Saat Tepat untuk Berhenti Merokok

Berhenti Merokok
Ilustrasi Foto Stop atau Berhenti Merokok (iStockphoto)

Feni mengatakan, tanpa COVID-19 saja, seorang perokok sesungguhnya sudah memiliki kerusakan pada saluran napasnya.

"Tapi karena efeknya merokok jangka panjang setelah 20 tahun, 30 tahun, tidak secepat COVID-19, jadi abai," kata Feni.

Prof. Dr. Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman Kementerian Ristekdikti mengatakan bahwa merokok meningkatkan reseptor ACE 2, yang oleh para peneliti, ditemukan menjadi reseptor bagi virus corona penyebab COVID-19.

Dia mengibaratkan, reseptor tersebut seperti sebuah pelabuhan yang jika menjadi lebih banyak tempat berlabuhnya, maka kapal yang akan datang akan semakin banyak pula.

"Karena ACE 2 ekspresinya meningkat, otomatis dalam data menyebutkan sel paru perokok itu menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran napas. Jadi memfasilitasi masuknya virus," kata Amin dalam kesempatan yang sama.

Maka dari itu, dengan ditemukannya COVID-19, Feni berharap agar hal tersebut bisa membuat seorang perokok berhenti melakukan kebiasaan tersebut.

"Kita berharap dengan fenomena ini, orang yang masih berani-berani merokok akan lebih waspada. Jadi punya motivasi dari sisi takut kena COVID-19, buat berhenti. Karena dari sisi kesehatan mencegah lebih baik daripada mengobati," kata Feni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya