Telkom University Buat Robot untuk Sterilisasi Ruang Isolasi COVID-19

Tim dari Telkom University berhasil membuat sebuah alat inovasi yaitu Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR) untuk Disinfeksi dan Sterilisasi pada Ruang Isolasi Pasien Positif Covid-19 tanpa campur tangan manusia secara langsung.

oleh Arie Nugraha diperbarui 05 Apr 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2020, 13:00 WIB
Tim dari Telkom University berhasil membuat sebuah alat inovasi yaitu Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR)
Bandung - Tim dari Telkom University berhasil membuat sebuah alat inovasi yaitu Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR) sebagai alat disinfeksi dan sterilisasi oleh robot untuk meminimalisir penularan Covid-19 , Bandung, Sabtu, 4 April 2020. (sumber foto : Humas Tel - U)

Liputan6.com, Bandung Semakin meningkatnya kasus suspect dan positif Corona baru (Covid 19) di Indonesia, berbagai macam tindakan dilakukan oleh tim medis salah satunya adalah dengan melakukan isolasi pada suspect atau pasien positif Covid-19.

Disinfeksi dan Sterilisasi ruang isolasi juga sangat diperlukan untuk menghilangkan dan mengurangi kontaminasi mikroorganisme (termasuk virus Covid 19) baik yang menempel pada benda (peralatan), lantai ataupun udara.

Interaksi langsung tim medis terhadap pasien positif Corona tak terelakkan, dan masih membuka peluang penularan yang sangat lebar. Untuk mengurangi resiko penularan terhadap tim medis, diperlukan sebuah metode dan alat disinfeksi sterilisasi yang efektif secara jarak jauh (remote).

Berdasarkan latar belakang tersebut, tim dari Telkom University berhasil membuat sebuah alat inovasi yaitu Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR). Alat ini akan dimanfaatkan untuk Disinfeksi dan Sterilisasi pada Ruang Isolasi Pasien Positif Covid-19 tanpa campur tangan manusia secara langsung. Sehingga dapat meminimalisir penularan Covid-19.

“Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR) ini merupakan Robot AUMR pertama di Indonesia, sebelumnya alat yang serupa digunakan di beberapa negara salah satunya Denmark. Semoga alat ini bermanfaat untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia,” kata Rektor Telkom University Adiwijaya dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Sabtu, 4 April 2020.

 

Robot bisa bekerja sampai 5 jam

Ilustrasi Robot
Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Adiwijaya menerangkan, AUMR ini beroperasi saat organisme biologi terpapar sinar UV dalam kisaran 200 nm dan 280 nm, maka sinar tersebut akan diserap oleh DNA, RNA dan protein. Penyerapan tersebut sebut Adiwijaya, akan menyebakan pecahnya dinding sel protein dan tentunya kematian organisme tersebut.

Penyerapan sinar UVC oleh DNA dam RNA (khususnya basa timin) diketahui menyebabkan inaktivasi untai ganda DNA atau RNA melalui pembentukan dimer timin (kode genetik). Jika cukup dimer ini diproduksi dalam DNA maka akibatnya proses replikasi DNA akan terganggu dan tentunya sel tidak dapat mereplikasi.

"Robot ini nantinya dapat beroperasi hingga kurun waktu 5 jam, untuk sistem kerja UVC nya bisa berlangsung sekitar 1 jam. Kontrol terhadap robot ini bisa dilakukan dalam beberapa mode, bisa menggunakan remote control, autonomous control mode dengan melakukan line tracking atau laser range navigation," sebut Adiwijaya.

Robot ini juga sudah dilengkapi sensor ultrasonic untuk menghindari menabrak benda di sekitarnya. Robot ini rencananya akan diujicobakan di Rumah Sakit Pindad Bandung dan Wisma Atlet Jakarta.

Untuk biaya riset dan pengembangan terang Adiwijaya, Robot AUMR ini menghabiskan biaya senilai Rp 250 juta. Jika dibandingkan dengan robot AUMR dari luar negeri yang harganya mencapai $80.000-$90.000, robot AUMR diklaim harganya masih terjangkau.

Adapun tim dibalik pembuatan AUMR ini adalah kolaborasi antara Tel-U dan Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, yang terdiri dari Angga Rusdinar, S.T., M.T., Ph.D (Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom, Bandung Indonesia), Dr. Irwan Purnama (Balai Pengembangan Instrumentasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung, Indonesia), Dr. Kemas Muslim Lhaksmana (Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika, Universitas Telkom, Bandung Indonesia), Dr. Ratih Asmana (Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, Indonesia).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya